Spider-Man: Far From Home, Film Remaja dan Ringan

Spider-Man: Far From Home, Film Remaja dan Ringan

LAGU “I Will Always Love You” dari mendiang Whitney Houston berkumandang membuka film Spider-Man: Far From Home yang ditonton radarcirebon.com, Sabtu (6/7/2019). Apa hubungan antara tembang sentimental itu dengan remaja superhero Spider-Man? Rupanya, “I Will Always Love You” merupakan salah satu penghormatan warga dunia untuk mendiang Tony Stark alias Iron Man (diperankan Robert Downey Jr.), yang mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan alam semesta dari ancaman Thanos dalam Avengers: Endgame (2019), film MCU lain yang tayang dua bulan sebelum Far From Home. https://twitter.com/SpiderManMovie/status/1147265155232747520?s=19 Stark adalah sosok mentor bagi Peter Parker alias Spider-Man (Tom Holland). Parker baru saja hidup kembali bersama separuh warga semesta lain yang terkena jentikan infinity stone milik Thanos, lima tahun sebelum peristiwa dalam Endgame dan Far From Home. Si remaja berusia 16 itu membawa beban berat setelah sang mentor tewas di hadapannya secara langsung. Meski begitu, Far From Home mengisahkannya secara ringan tapi brilian, tanpa harus terus bersedih. Parker merasa Stark memilihnya sebagai penerus kedigdayaan Iron-Man, tetapi pada saat yang sama ia merasa tak mampu berbuat banyak seperti pendahulunya. Tekanan baginya bertambah oleh kehadiran tokoh-tokoh MCU lain, seperti Nick Fury (Samuel L. Jackson), Happy Hogan (Jon Favreau), dan sebuah gawai warisan dari Stark. Selain itu, dampak dari peristiwa jentikan Thanos serta kembalinya separuh warga dunia lima tahun kemudian juga tak lupa dimunculkan oleh sutradara Jon Watts dan timnya. Meski kejadiannya adalah tragedi tingkat semesta, sebagian besar dampaknya tampil secara jenaka, khas film-film MCU. Contohnya, bagaimana karakter Brad Davis (Remy Hii) yang sebelum jentikan baru berusia 11, kini seumur dengan Peter Parker dan menjadi pesaing Parker dalam mendapatkan cinta Michelle Jones alias MJ (Zendaya). Kelucuan-kelucuan lain hadir dari teman-teman sekelas Parker, seperti sobat karibnya Ned Leeds (Jacob Batalon), tukang bully Flash Thompson (Tony Revolori), penyiar berita Betty Brant (Angourie Rice), serta dua guru sekolah Mr. Dell (JB Smoove), dan Mr. Harrington (Martin Starr). Mereka bersama-sama mengunjungi Eropa untuk berlibur. Liburan dengan tenang pun sekadar mimpi. Sekonyong-konyong Nick Fury datang membawa kabar buruk. Selama di Eropa, Spider-Man harus menghadapi berbagai makhluk elemental bersama kawan barunya, Mysterio alias Quentin Beck, yang konon berasal dari sebuah semesta alternatif. Duet penulis Chris McKenna dan Erik Sommers patut dipuji, karena mampu menghadirkan skenario yang sangat terpaut dengan film-film MCU lain, tapi tetap segar dan memiliki beberapa kejutan di dalamnya, termasuk tokoh antagonis utama. MCU biasanya dikritik karena tokoh antagonis yang dianggap kurang berdimensi dan mudah terlupakan, seperti Ronan The Accuser dalam Guardians of the Galaxy (2014) atau Malekith dari Thor: The Dark World (2013). Akan tetapi, tidak demikian dalam Far From Home. Adegan pertarungan pertama yang melibatkan Spider-Man dan musuh utamanya ditampilkan dengan brilian, nyaris seperti efek psikedelik yang sanggup membuat penonton menahan nafas. Secara keseluruhan, Spider-Man: Far From Home adalah film remaja dalam balutan superhero yang ringan dan menyenangkan untuk ditonton. Satu lagi, jangan lupa untuk menunggu sampai credit title selesai karena ada dua adegan tambahan yang penting dan menarik untuk disimak. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: