Warga Urunan Buat Palang Pintu Kereta Api
CIREBON-Mencegah terjadinya kecelakaan di perlintasan Kereta Api (KA) tanpa palang pintu, warga Desa Guwa Lor, Kecamatan Kaliwedi, punya cara ampuh. Yakni, dengan membuat palang pintu manual yang ditarik dan ulur menggunakan tenaga manusia. Warga membuktikan komitmennya untuk menjaga KA tanpa palang di Blok Ritanjang. Sejak dua pekan lalu, mereka membangun palang pintu KA secara swadaya. Ketua RW setempat, Rokhmat (60) mengatakan, penjagaan lintasan KA bermula dari rencana pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang akan menutup perlintasan karena dinilai ilegal. \"Awalnya, pada pertengahan bulan puasa kemarin, jalan ini akan ditutup oleh PT KAI. Sedangkan masyarakat desa ini, khususnya petani sangat membutuhkan jalan itu,\" ujar Rokhmat, kemarin (7/7). Sehingga, secara sukarela mereka bergantian menjaga perlintasan KA selama 24 jam. Guna meringankan beban penjaga pintu perlintasan, masyarakat membangun itu secara urunan. \"Dana yang digunakan dari hasil swadaya dan menghabiskan sekitar Rp1,5 juta. Ini juga sebenarnya masih kurang, tapi yang penting berjalan saja dulu. Kekurangannya menyusul. Ya bertahap kita benahi terus. Ini yang jaga juga sukarela, tidak dibayar,\" kata Rokhmat. Selain akan menyempurnakan perlintasan, warga juga berencana akan membangun pos untuk tempat berteduh para penjaga perlintasan. Menuju itu, Rokhmat meminta dukungan dari pemdes dan pihak terkait demi kelancaran proses pengamanan perlintasan KA. Sejauh ini, semua berjalan atas inisiatif dan kesadaran. Salah seorang yang bertugas menjaga perlintasan KA, Khasan (47) mengatakan, penjagaan perlintasan dengan palang pintu manual dilakukan oleh dua tim. Masing-masing tim terdiri dari dua orang. Mereka berjaga selama 24 jam non stop secara bergantian. Penjaga menutup dan membuka palang pintu berdasarkan sirine yang berbunyi. Baru akan berbunyi ketika kereta akan melintas. \"Tanda-tanda kereta mau lewat itu kan ada sirine. Ada lampu juga. Kalau sirine bunyi ya pintu langsung kita tutup. Tapi walaupun kereta sudah lewat, sebelum suara sirine berhenti, kita tidak berani membuka. Karena biasanya masih ada kereta dari arah satunya lagi yang akan lewat,\" paparnya. Sebelumnya, kata Rokhmat, di lokasi perlintasan tersebut, kerap terjadi kecelakaan. Dalam satu tahun, dua sampai tiga kecelakaan selalu terjadi. \"Lokasi perlintasan menghubungkan masyarakat Guwa Lor di Blok Bedeng dan untuk bolak-balik mengangkut hasil bumi,\" kata Khasan. Untuk menunjang kebutuhan operasional sehari-hari, para penjaga perlintasan KA mendapat sumbangan ala kadarnya dari para pengendara yang melintas. (ade)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: