Melihat Industri Rumahan Peyek Jangkrik di Kertasemaya

Melihat Industri Rumahan Peyek Jangkrik di Kertasemaya

Jangkrik biasanya digunakan untuk pakan ternak atau burung. Namun, di tangan terampil warga Blok Rengaspayung Desa/Kecamatan Kertasemaya, jangkrik dijadikan bahan utama pembuatan cemilan peyek atau rempeyek dan jadi lahan bisnis produk rumahan. Seperti apa pengolahannya? ANANG SYAHRONI, Kertasemaya ADALAH Tursiyah, warga RT10/05 Blok Rengaspayung yang mengolah binatang jangkrik menjadi cemilan peyek yang gurih. Tusiyah menggeluti peyek jangkrik ini sudah masuk tahun kedua, sejak digagas oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertasemaya. Sebelumnya, Tursiyah hanya menggeluti adonan peyek biasa. “Usaha peyek sejak tujuh tahun lalu, dan mencoba bikin peyek jangkrik sudah masuk dua tahun ini,” ucap Tursiyah pada wartawan koran ini, Selasa (9/7). Diakuinya, pembuatan peyek jangkrik membutuhkan tenaga ekstra, karena berbeda dengan membuat peyek kacang dan ikan yang biasa diproduksinya. Terutama, dalam pemilihan jangkrik yang harus masih muda berusia 28 hari sebagai bahan peyek. “Harus yang usianya masih muda pak. Jika sudah dewasa jangkrik yang digunakan rasanya kurang enak, tingkat kekeringan jangkrik dari peyek tidak renyah,” ujarnya. Ditambah lagi, proses membersihan harus benar-benar bersih, yang mana harus melawati beberapa kali pencucian setelah proses perebusan. Dalam sebulan, Tursiyah mampu memproduksi peyek jangkrik sebanyak empat kali. “Sekali produksi mampu menghabiskan sebanyak 3 kilogram jangkrik muda dengan keuntungan sekitar Rp200 ribu,” ujarnya. Untuk pemasaran, Tursiyah mengaku, masih sebatas wilayah lokal belum sampai keluar desa dengan jumlah banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat Indramayu masih belum mengenal peyek jangkrik. Sehingga, pemasaran masih sebatas lokal dan pemesanan saja. “Ketika ada warga yang pesan baru dibikinkan,” ujarnya. Sedangkan untuk jangkrik sebagai bahan dasar pembuatan peyek, Tursiyah mendapatkannya dari peternak jangkrik lokal di Blok Rengaspayung dan dari desa tetangga. “Sekarang bahan bakunya, jangkrik lagi mahal. Harga jangkrik sebelumnya hanya Rp25 ribu per kilogram, sekarang mencapai Rp 60 ribu per kilognya. Agar tidak rugi, saya siasati dengan jumlah jangkrik yang digunakan pada adonan peyek. Sehingga tidak mengurangi timbangan berat kemasannya,” ujarnya. Sementara itu, Pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sedayu Kertasemaya Aden Nur Ibrahim menyatakan, akan menjadikan peyek jangkrik menjadi produk unggul dari Desa/ Kecamatan Kertasemaya. Dikatakan Aden, peyek jangkrik hasil olahan salah satu warganya merupakan inisiatif BUMDes setelah melihat potensi desa yang memiliki home industry olahan peyek, dan jumlah peternak jangkrik yang banyak. “Muncul ide bagaimana mengkolaborasikan kedua potensi desa yang ada sehingga mampu menghasilkan olahan kuliner yang menarik, menjadi produk unggulan dari desa,” ujarnya. Diakui Aden, awalnya melihat olahan peyek jangkrik di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Setelah itu kami melihat potensi Blok Rengaspayung banyak peternak jangkrik, sekitar 20 orang dan ada warga yang bisa bikin peyek, akhirnya BUMDes gandeng mereka,” kata Aden Langkah memproduksi peyek jangkrik, lanjutnya, merupakan cara BUMDes dalam mengatasi permasalahan peternak jangkrik yang kesulitan untuk menjual ketika stok banyak. “Dengan kolaborasi antara peternak jangkrik dan pembuat peyek bisa memunculkan inovasi baru dari olahan peyek yang akan dikembangkan BUMDes, produk unik menjadi produk unggulan dari BUMDes,” tuturnya. Namun, kata Aden, usaha ini masih ada kendala yakni belum mendapat izin halal dan dari BPOM. ”Sudah dua tahun tapi belum keluar izinnya, kalau kita sudah dapat sertifikat halal dan BPOM, pemasarannya bisa lebih luas lagi,” ujarnya. Sementara itu, Sekdes Kertasemaya Widi mengakatakan, pemerintah desa akan membina BUMDes Sedayu, terutama dalam permodalan, sarana dan prasarana pengembangan usaha BUMDes. “Sudah diprogramkan melalui anggaran desa untuk pengembangan usaha, dan akan membantu dalam memperoleh sertifikat halal dan BPOM untuk produk olahan peyek jangkrik yang sudah menjadi produk unggulan Desa Kertasemaya,” ujarnya. Ditambahkan Widi, anggaran permodalan pengembangam bidang usaha BUMDes, diharapkan dapat memacu perkembangan kemajuan sektor usaha BUMDes. “Pemdes sangat berharap kepada BUMDes kita bisa berkembang pesat dan memasarkan produk hasil karya masyarakat desa ke pasar luas,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: