Pasokan Air Terhambat, Panen Molor Petani Hanya Andalkan Mesin Pompa Menyedot dari Sungai Irigasi
CIREBON - Hanya mengandalkan mesin pompa untuk mengairi lahan pertanian, membuat masa panen padi di Desa Winong, Kecamatan Gempol, membutuhkan waktu lebih dari biasanya. Sudah berusia tiga bulan, padi belum juga menguning. Salah seorang petani desa setempat, Sukenda (67) mengaku, hanya mengandalkan mesin pompa untuk mengambil dari sungai irigasi yang jaraknya sekitar 60 meter. “Satu kali pompa, jeda waktunya antara 15 sampai 20 hari. Jadi, tanah keburu mengering karena airnya telat. Dari awal tanam sampai sekarang, umur tiga bulan hanya mengandalkan pompa. Umur tiga bulan benernya padi udah ngisi. Cuma sampai sekarang ini belum,” ungkapnya, kemarin. Bukan hanya itu yang dikeluhkan Sukenda. Karena tanah mengering, tidak jarang kemudian ditumbuhi rumput liar. Akibatnya, mengharuskan petani mencabut rumput-rumput tersebut. “Kalau air telat, rumput-rumput keluar banyak. Terpaksa harus membayar orang untuk mencabut rumput-rumput itu. Setengah hari per satu orang dibayar Rp40.000,” katanya. Sementara untuk sewa dan membeli bahan bakar mesin diesel, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp220.000. Dengan rincian Rp100.000 untuk jasa sewa, sisanya untuk membeli tiga jeriken solar. “Sewa diesel dari awal tandur, bisa empat sampai lima kali kalau sampai panen. Banyak lah biaya yang harus dikeluarkan. Cuma mau dari mana lagi cari penghasilan kalau bukan dari bertani. Karena nggak ada usaha lain. Biar pun untung sedikit juga nggak kapok,” terangnya. Sebelumnya, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon meminta para petani untuk menghentikan menanam padi. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi jumlah sawah yang mengalami gagal panen atau fuso. Karena, sudah ada 1.725 hektar sawah yang mengalami kekeringan. Di antaranya 231,5 hektar sawah yang mengalami gagal panen. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Dr H Ali Effendi MM kepada Radar Cirebon mengatakan, ribuan hektar lahan persawahan di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan. “Berdasarkan data terbaru yang ada di kita itu, lahan sawah yang mengalami kekeringan sekitar 1.725 hektar,” ujarnya. Ali mengungkapkan, persawahan yang mengalami gagal panen merupakan lahan yang tidak memiliki sumber air atau aliran air. Karena hanya mengandalkan air hujan. “Kebanyakan itu sawah tadah hujan atau tidak memiliki sumber air,” jelasnya. Mayoritas area persawahan yang mengalami kekeringan dan gagal panen ada di wilayah timur Cirebon. “Kecamatan yang paling banyak alami gagal panen yaitu Kecamatan Greged sebanyak 85 hektar, kemudian Kecamatan Karangwareng sebanyak 65 hektar,” pungkasnya. (ade)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: