Kasus Serangan Mumbai 2008: Pakistan Tangkap Pendiri Lashkar-Taiba Hafiz Saeed
Reporter:
Dian Arief Setiawan|
Editor:
Dian Arief Setiawan|
Sabtu 20-07-2019,01:15 WIB
PAKISTAN telah menangkap pendiri Lashkar-e-Taiba—kelompok teroris yang melakukan serangan mematikan tahun 2008 di Mumbai, India. Penangkapan itu dilakukan pada Rabu (17/7), hanya beberapa hari sebelum Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menuju ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Hafiz Muhammad Saeed—seorang tersangka terorisme—pernah ditangkap sebelumnya, namun kemudian dibebaskan. Kritikus pemerintah Pakistan mengatakan bahwa penangkapannya pada Rabu (17/7) itu hanyalah taktik pemerintah untuk menenangkan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang telah frustrasi dengan upaya setengah hati Pakistan untuk menindak kelompok-kelompok militan.
“Tangkap. Bebaskan. Ulangi,” tulis Taha Siddiqui, seorang jurnalis Pakistan yang tinggal di pengasingan, di Twitter.
https://twitter.com/TahaSSiddiqui/status/1151563183536201733?s=19
Pada Selasa (16/7), Pakistan memutuskan untuk membuka kembali wilayah udaranya, yang telah ditutup sejak permusuhan dengan India berkobar pada bulan Februari. Penutupan wilayah udara itu telah menyebabkan kesulitan bagi banyak maskapai internasional, termasuk maskapai Amerika, yang membatalkan banyak penerbangan jarak jauh karena komplikasi terbang di sekitar Pakistan.
Ini juga dilihat sebagai isyarat niat baik oleh Pakistan, sebelum Khan bertemu dengan Trump minggu depan.
Diskusi mereka kemungkinan akan berpusat pada perundingan damai Afghanistan antara Amerika Serikat dan Taliban, yang telah mencapai beberapa kemajuan, di Doha, Qatar. Pakistan telah memainkan peran penting di Afghanistan. Agen militer dan mata-matanya membantu membawa Taliban ke tampuk kekuasaan pada akhir tahun 1990-an. Para pejabat Amerika mengeluh mengapa Pakistan masih melindungi para pemimpin Taliban dan teroris pelaku serangan udara Amerika.
Khan telah mencoba untuk menyeimbangkan posisinya di antara dua sisi, berusaha untuk tidak mengasingkan militernya sendiri seiring mencoba untuk menampilkan citra reformasi Pakistan. Dalam perjalanan ke AS, ia mengatakan akan menghemat uang negaranya dengan tinggal di kediaman Duta Besar Pakistan di Washington, bukan di hotel mahal seperti para pendahulunya.
Tapi Trump belum benar-benar ramah kepada Pakistan.
“Kami tidak lagi mengirim bantuan miliaran dolar ke Pakistan karena mereka akan mengambil uang itu dan tidak melakukan balas budi apa pun untuk kami,” kata Trump tahun lalu melalui Twitter. “Mereka hanyalah satu dari banyak negara yang mengambil keuntungan dari Amerika Serikat tanpa memberikan imbalan apa pun. Itu TAK AKAN TERJADI LAGI!”
Dengan ekonominya yang mendekati krisis, Pakistan sangat ingin menemukan sumber dana baru dan memoles citranya. Financial Action Task Force—sebuah badan pengawas pendanaan terorisme internasional—telah mengancam akan memasukkan Pakistan ke dalam daftar hitam jika pemerintahannya tidak mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok militan dan para pemimpin mereka, seperti Hafiz Saeed.
Saeed didakwa bulan ini karena mendanai terorisme, setelah investigasi terhadap dua badan amal yang menurut jaksa bertindak sebagai front bagi Lashkar-e-Taiba—kelompok Islam terlarang yang ia dirikan.
Para pejabat kontraterorisme mengatakan bahwa kedua badan amal itu terlibat dalam mengumpulkan uang untuk terorisme, dan bahwa Saeed dituduh menerima sebidang tanah seluas 544 meter persegi dari salah satu pendukungnya di Provinsi Punjab.
Menyumbangkan tanah untuk atau menerima tanah dari kelompok terlarang adalah ilegal, kata para pejabat. Saeed diadili di pengadilan kota Gujranwala pada Rabu (17/7), di bawah pengamanan ketat. Dia akan tetap berada di tahanan pengadilan setidaknya selama seminggu sebelum pengadilan berikutnya.
Saeed telah terlibat dalam beberapa kasus pendanaan terorisme; petugas khusus anti-terorisme menangkapnya ketika dia sedang dalam perjalanan ke pengadilan untuk meminta jaminan dalam salah satu kasus tersebut.
Amerika Serikat dan India menuduh Saeed menjadi dalang serangan bom Mumbai, tetapi pengadilan Pakistan sebelumnya telah membebaskannya dari beberapa kasus, dengan alasan kurangnya bukti. Lebih dari 160 orang—termasuk sejumlah warga sipil—tewas di berbagai lokasi di sekitar Mumbai setelah serangan tersebut.
Walaupun Pakistan telah dituduh oleh negara-negara Barat melindungi kelompok-kelompok ekstremis, namun Khan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The New York Times pada bulan April, “Kami telah memutuskan, untuk masa depan negara kami―terlepas adanya tekanan dari luar―kami tidak akan memungkinkan milisi bersenjata untuk beroperasi lagi.” Dia juga mengakui dalam wawancara itu: “Kami akan lumpuh jika dimasukkan ke dalam daftar hitam.” (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: