Dari Banten Hingga Banyuwangi: 584 Desa Pesisir Selatan Jawa Berpotensi Tsunami

Dari Banten Hingga Banyuwangi: 584 Desa Pesisir Selatan Jawa Berpotensi Tsunami

YOGYAKARTA-Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah melakukan pemetaan di 584 desa di pesisir selatan Jawa yang berpotensi diterjang tsunami. Pemetaan ini untuk melihat kemampuan dari masyarakat dan memberikan penguatan kapasitas. Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB, Lilik Kurniawan mengatakan, pemetaan ratusan desa rawan bencana tsunami ini akan dilaksanakan di sepanjang pantai selatan Jawa dari Anyer, Banten sampai Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini, tim telah melakukan pemetaan sejak 12 Juli lalu. Rencananya kegiatan itu berakhir pada 17 Agustus 2019 mendatang. “Kita ingin melihat ketangguhan masyarakat di samping meningkatkan kapasitas mereka,” kata Lilik Kurniawan dalam Seminar Nasional Pengurangan Risiko Bencana di Ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa (23/7/2019). Pemetaan ini, kata dia, melibatkan ratusan relawan. Mereka diharapkan bisa mengomunikasikan materi mitigasi bencana kepada masyarakat setempat. Tim saat ini tengah berada di Pacitan, Jawa Timur dan besok rencananya memetakan di pesisir DIY. Hasil pemetaan ini nantinya akan disampaikan ke pemerintah daerah kabupaten/kota. Penguatan warga desa tangguh bencana tidak bisa selesai dengan kegiatan ekspedisi pemetaan ini. Nantinya BNPB juga akan menggandeng kampus untuk ikut mendukung program mitigasi bencana. “Kita akan dorong kampus melakukan KKN tematik, mendukung program mitigasi bencana,” ujarnya. Lilik mengatakan, BNPB juga menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga. Salah satunya tengah melakukan negosiasi dengan Bank Dunia untuk membantu dalam pemasangan alat deteksi tsunami. General Manager Science GNS, Selandia Baru,  Peter Benfell mengatakan, pihaknya melakukan kerja sama dengan UGM dan pemerintah Indonesia untuk mengurangi risiko bencana. Dua negara ini rawan terkena bencana gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi. “Pemerintah Selandia Baru melibatkan perusahaan asuransi untuk membayar ganti rugi bagi warga terekna bencana,” katanya. Selain itu, bekerja sama dengan peneliti bencana dari kampus lokal dan keterlibatan peneliti internasional untuk meningkatkan kapasitas riset bencana secara nasional. Setiap tahun kucuran dana riset bisa mencapai 40 juta dolar Amerika. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: