Gang Sempit Jadi Ring

Gang Sempit Jadi Ring

Kota Cirebon patut berbangga. Atlet tinju yang dikirimnya ke ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat XI mendulang tiga medali emas. Tapi, gemilangnya prestasi, tidak segemilang arena latihan mereka. Jangankan tempat latihan khusus, ring tinju pun tidak punya!!! SORE itu, halaman rumah di Gang Sukasari 5 tampak hiruk pikuk. Di tengah gang sempit yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat itu, berjajar lima petinju amatir yang sedang asik berlatih skiping. Tak lama, petinju profesional yang sudah mengharumkan nama kota ini ke berbagai ajang, Boy Tanto, telah bersiap menunju samsak-nya. Tak sampai lima menit, Boy meninju samsak berbobot kurang lebih 50 kg, lantas Boy pun memilih berlindung ke beranda rumah pelatihnya yang baru saja direnovasi setelah dapat bonus peraih emas di Porda Jabar. “Misbar, gerimis bubar. Ya ginilah,” ucap dia, sembari tertawa lantas kemudian membuka sarung tangannya. “Ya, jadi ingat biskop Paradise. Misbar, gerimis bubar,” tutur salah satu pelatih tinju, Yono. Ya, sore itu latihan para atlet tinju kota ini berhenti karena hujan. Tempat latihan para petinju peraih emas ini memang tidak di dalam gedung megah dan sarana latihan yang komplit. Halaman rumah dan gang sempit menjadi arena latihan. Peralatan angkat beban yang terbuat dari semen, dan skiping yang terbuat dari selang plastik menjadi sarana berlatih. Sasana Tinju Rajawali yang didirikan Anden Mukali ini memang terbilang sudah malang melintang di dunia tinju kota udang. Sasana ini didirikan sekitar tahun 1970-an ketika Anden masih aktif menjadi atlet tinju. Tiga tahun silam, sasana tinju ini juga menjadi tempat bernaung atlet tinju Sasana Beringin Sakti yang managernya adalah Anggota DPRD, Lili Eliyah SH MM. Sedikitnya ada 15 petinju yang aktif berlatih. Ada yang baru kelas 4 sekolah dasar, ada juga petinju amatir dan yang sudah masuk kancah profesional macam Boy Tanto. Prestasi mereka tentu terlalu mengkilap kalau harus terpendam di pojok gang sempit! Gang dengan penduduk yang cukup padat itu, juga menjadi arena untuk sparing dan simulasi pertandingan untuk para petinju. “Kita kan nggak punya ring. Bilangnya sih mau dibelikan sama KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Tapi nggak tahu kok belum dateng ring-nya,” tutur Pelatih Sasana Rajawali dan Beringin Sakti, Anden Mukali. Mantan atlet tinju era 70-an ini mengakui kondisi saat ini memang jauh lebih baik. Kepengurusan KONI ataupun Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) lebih perhatian kepada petinju. Tapi, pemerintah kota belum memberikan yang semestinya dilakukan. “Ring saja kita tidak punya. Ya kalau beli sih harganya Rp65 jutaan. Tapi kalau beli yang dari everlast (buatan Amerika) ya bisa Rp500 jutaan,” kata dia. Tapi, kata Anden, semangat anak-anak asuhnya sangat besar, sehingga berbagai turnamen bisa dimenangi dan petinju-petinju yang pernah berlatih di sasana ini. Sebut saja, Ramon yang sukses jadi Juara Nasional 2003, Ratu Ferisa yang memenangi kejuaran nasional tahun 2000-an ataupun Polycarpus yang juga juara nasional tahun 1999. Belum lagi atlet-atlet yang baru-baru ini muncul seperti Boy Tanto yang makin berkibar atau Hana Pratiwi yang peraih medali emas Porda Jabar. “Saya tekankan di sini fisik mereka. Dan semangat mereka untuk pantang menyerah,” tegas dia. Ketua Pertina, Priatmo Adjie, bukan tidak tahu akan kondisi ini. “Saya dari awal prihatin. Makanya saya menjuluki para petinju kita adalah petinju alam. Kami berlatih di rutilahu (rumah tidak layak huni) tapi bisa berprestasi,” tutur politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini. Saat petinju-petinju Pertina sukses mempersembahkan 3 medali emas dan 1 perunggu di Porda Jabar, KONI sudah menjanjikan akan membelikan ring tinju dan ruangan untuk berlatih. “Yang penting kami sudah tunjukkan bukti, terserah pemkot mau dibawa ke mana,” katanya. Adjie menyebutkan, keprihatinannya dimulai sejak awal mengetahui proses latihan “petinju-petinju alam” tersebut. Ketika ada motor atau pejalan kaki lewat, maka proses latihan ataupun simulasi pertandingan harus dihentikan karena lokasi latihannya memang di tengah-tengah gang sempit. Jadi, target latihan 1 ronde 3 menit harus diubah menjadi 1 ronde 5 menit saat melakukan simulasi latihan. Jadi, sekarang terserah pemkot, mau dibawa ke mana? (yuda sanjaya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: