Pelaku Bom Dites Kejiwaan
JAKARTA - Polisi terus berupaya menguak jatidiri Ahmad bin Abu Ali (38), pelaku peledakan bom onthel di Pasar Sumber Arta, Kalimalang, Bekasi. Itu dimungkinkan setelah kondisi fisik pria yang dirawat di RS Polri Soekanto Kramat Jati itu terus berangsur-angsur membaik. Jumat pagi kemarin (1/10) pihak RS telah memindahkan perawatan Ahmad ke ruang Intensive Care Unit (ICU). “Kondisinya membaik. Sudah bisa bicara sepatah dua patah kata tapi belum bisa dimintai keterangan,” ujar Kepala RS Polri Brigjen Pol Budi Siswanto kepada wartawan di ruang kerjanya kemarin. Luka Ahmad yang dipicu ledakan bom dipastikan tidak mengancam jiwanya. Secara fisik, kata Budi, kondisi lukanya telah membaik. Ahmad mengalami luka bakar, patah tulang rusuk, kaki dan tangan. Beberapa luka sudah dapat diatasi oleh tim medis hingga tinggal menanti hasil pengobatan lanjutan. Dalam waktu dekat, pihak RS Polri akan mengetes kondisi kejiwaan Ahmad. Hal itu diperlukan untuk memperjelas apakah Ahmad hanya berperan sebagai orang suruhan atau dia benar-benar memiliki motivasi kuat untuk meledakkan bom berdaya ledak rendah yang diboncengnya di sepeda kayuh tersebut. Polisi belum bisa memastikan apakah kejiwaan Ahmad terganggu atau tidak, karena belum banyak keterangan yang bisa digali dari pelaku sekaligus korban tersebut. “Tes kejiwaan itu nanti akan dilakukan jika kondisi fisiknya sudah mulai pulih, sudah bisa bicara normal baru ada pemeriksaan tambahan untuk kejiwaan,” kata dia. Walaupun belum jelas benar apakah Ahmad termasuk dalam jaringan terorisme, namun aparat kepolisian tetap memberlakukan pengamanan khusus. Di depan ruang ICU tempat Ahmad dirawat terlihat lima petugas berseragam lengkap dan bersenjata yang berjaga-jaga. Pada hari kedua perawatan Ahmad di RS Polri, tak satupun orang yang menjenguknya. “Belum ada yang menjenguk dan mengaku keluarga,” singkat Budi. Secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa jenis peledak yang digunakan Ahmad tergolong low eksplosive. Namun, pihaknya masih meneliti sejumlah serbuk yang juga ditemukan di TKP. “Khusus serbuk-serbuk yang digunakan belum bisa kita ketahui,” kata Boy. Meski sudah mengantongi jenis bom rakitan itu, Kepolisian belum menyimpulkan motif pelaku. Apalagi dia membawa tanpa sengaja meledakkan bom yang dipasang di sepeda onthel itu. “Apakah dia tidak sengaja terjatuh dan meledak atau bunuh diri atau sengaja mau bunuh diri atau mau membunuh polisi, tapi polisi kan tidak ada yang terluka? Itu masih kita dalami,” jelasnya. Polisi masih kesulitan mengorek keterangan dari pelaku akibat terkendala kondisi Ahmad yang terluka akibat ledakan bom. Sampai hari ini, kesehatan Ahmad baru pulih 40 persen. Namun begitu, kata Boy, apapun yang telah dilakukan Ahmad merupakan bentuk tindakan teror. Seperti diwartakan, Kamis (30/9) kemarin Ahmad meledakkan bom rakitan yang diboncengnya di dekat Pos Lantas Pasar Sumber Arta, Bekasi. Ahmad membawa bom rakitan dengan menggunakan sepeda onthel. Bom itu meledak secara tidak sengaja ketika Ahmad menuntun sepedanya menaiki trotoar dan terjatuh. Tidak jauh dari lokasi ledakan terdapat pos polisi dan tiga orang polisi yang sedang bertugas mengatur lalu lintas. Ahmad juga menjadi satu-satunya korban dalam ledakan itu. Dugaan menguat Ahmad berencana melakukan aksi bom bunuh diri karena ditemukan dua lembar kertas berisi ancaman jihad dan kecaman kepada aparat kepolisian. Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Marwoto Soeto menambahkan, saat ini tim dari identifikasi forensik juga sedang berupaya melakukan pencocokan goresan tangan Ahmad dengan surat yang ditemukan. “Tentunya kalau kondisi fisiknya sudah memungkinkan,” katanya. Marwoto menjelaskan, langkah itu dilakukan untuk mengetahui siapa sebenarnya yang menulis surat. “Dari sana bisa dilacak, apakah orang ini atas kemauan sendiri atau atas perintah orang lain,” katanya. Mantan Kapoltabes Samarinda itu membantah kalau Ahmad adalah orang yang sengaja disusupkan intelijen agar operasi anti terorisme terus berjalan. “Ah, analisa darimana itu. Tidak benar itu,” sanggahnya. Ahmad, kata Marwoto, bisa terancam hukuman seumur hidup. “Jelas-jelas dia melakukan aksi terorisme,” kata perwira tiga mawar di pundak itu. Secara terpisah, Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail menilai langkah Ahmad itu adalah tindakan individual yang sama sekali tak punya kaitan dengan jejaring kelompok teror manapun. “Istilahnya lone wolf, serigala sendirian,” kata alumni magister keamanan internasional St Andrew University Scotlandia itu. Orang ini, kata Noor Huda mirip seperti penggemar berat klub sepakbola yang timnya dihina atau dilecehkan. “Dia sama sekali tidak kenal dengan pemain bolanya tapi hatinya merasa sakit lalu ingin berbuat untuk membela,” katanya.(zul/rdl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: