Sekda: Penebangan Pohon di TAIS Orang Dalam Tak Terlibat
KEJAKSAN– Pemkot Cirebon menyesalkan penebangan liar atas pohon cagar budaya di Taman Ade Irma Suryani (TAIS). Pelaku yang masih diburu polisi harus diproses jika tertangkap. Selain itu, pemkot meyakinkan tidak ada keterlibatan orang dalam di lingkungan terkait. Sekretaris Daerah (Sekda) Drs Hasanudin Manap MM menegaskan, dalam aksi pencurian dan penebangan pohon cagar budaya di areal TAIS tidak ada oknum dari orang dalam lingkungan pemkot. Karena itu, kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada polisi. “Saya sudah dapat informasi tentang penebangan pohon di TAIS. Saya dukung untuk melapor ke polisi,” ungkap Hasanudin kepada Radar, Senin (10/6). Hasanudin memastikan, sikap pemkot bersikeras agar tindakan pencurian itu diusut sampai tuntas. Pasalnya, TAIS merupakan lokasi andalan Pemkot Cirebon untuk dijadikan objek wisata. Jika pohon yang meneduhkan ditumbangkan, maka areal itu akan gersang dan fungsinya tidak maksimal. Terlebih, pohon yang ditebang merupakan cagar budaya yang harus dijaga dan diselamatkan. “Wali kota sudah meninjau lokasi. Beliau prihatin dan minta jangan sampai terulang kembali,” ucapnya. Wali Kota Ano, kata Hasanudin, sudah menugaskan pihak-pihak terkait dan Satpol PP untuk menjaga dan mengawasi pohon-pohon lain yang berada di areal TAIS. Pasalnya, tidak mustahil pencuri itu akan datang kembali dan melakukan hal yang sama. Memotong pohon cagar budaya TAIS dan menjualnya. Rencana ke depan, TAIS akan dikelola dengan maksimal dan menjadi objek wisata harapan masyarakat Kota Cirebon. Tidak hanya itu, Hasanudin berharap TAIS menjadi andalan pariwisata untuk wilayah III Cirebon. Asisten Adiminstrasi Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kota Cirebon, Drs Asep Dedi MSi menjelaskan, saat ini seluruh aset milik pemkot sedang dibenahi, termasuk di dalamnya aset TAIS. Penebangan pohon di areal itu sangat disesalkan. Mengingat, butuh waktu puluhan tahun untuk membuat TAIS kembali rindang. Dalam sejarahnya, TAIS menjadi tempat wisata. Karena itu, Asep menilai lebih tepat jika TAIS dikelola oleh pihak ketiga yang berpengalaman. “Kita cenderung menyerahkan pengelolaan kepada pihak ketiga. Pemkot belum memiliki pengalaman mengelola obyek wisata besar,” terangnya, kemarin. 25 tahun sebelumnya, TAIS dikelola oleh pihak yang salah. Pengalaman itu, kata Asep, tidak ingin terulang kembali untuk kedua kalinya. “Kemarin, tidak ada kontribusi apa-apa untuk pemkot. Jangan sampai terulang lagi. Kita lebih hati-hati,” tukasnya. Saat ini, tim seleksi TAIS belum terbentuk. Pemkot mengutamakan Gedung Wanita terlebih dahulu. Namun, Asep Dedi meyakinkan, 2013 ini pembentukan panitia dan investor sudah terlaksana. Terkait usulan agar TAIS dikelola pemkot, dia tidak menampiknya. Namun, diperlukan kajian matang untuk menentukan langkah tersebut. Asep mengharapkan TAIS dikelola pihak yang sudah profesional, yakni pihak ketiga. “Pemkot belum memiliki pengalaman,” sebutnya. Asep Dedi yakin, akan ada banyak investor berharap dapat mengelola aset TAIS tersebut. Karena itu, pemkot sangat selektif dalam menentukan pilihan. Tujuannya, agar TAIS dapat memberikan kontribusi dan tidak terjadi kejadian 25 tahun yang lalu. “Masa pengelolaan TAIS 25 tahun lalu, pemkot selalu dalam posisi di bawah dan tertekan,” ucapnya. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: