Penanganan BBWSCC Lamban, DPRD Kompori Warga untuk Demo

Penanganan BBWSCC Lamban, DPRD Kompori Warga untuk Demo

SUMBER- Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Cirebon Ahmad Aidin Tamim, mendorong masyarakat melakukan aksi unjuk rasa terkait lambannya Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) menangani amblesnya tanggul Sungai Cisanggarung. “Kalau ingin cepat diperbaiki lebih baik masyarakat demo saja PSDAP (Dinas Pengelola Sumber Daya Air dan Pertambangan, red) dan BBWSCC. Kalau demo lebih cepat direspons,” ujar dia, kepada Radar, Rabu (12/6). Menurutnya, langkah tersebut paling ampuh. Sebab, kalau tidak seperti itu, akan selamanya tanggul sungai yang jebol dan mengancam tiga desa terendam banjir, dibiarkan tanpa perbaikan. Meski dirinya, menyerukan masyarakat untuk mendemo, tapi tidak sepenuhnya DPRD lepas tangan terkait persoalan ini. Rencananya, Komisi III akan melakukan pemanggilan pejabat DPSDAP dan BBWSCC. Namun, pertemuan dengan dua instansi tersebut baru dilakukan bulan depan. “Kalau bulan sekarang tidak mungkin, karena jadwal Komisi III terlalu padat, kita tidak mungkin merombak jadwal. Kalau dirombak justru akan ambrulradul nantinya,” katanya. DEBIT AIR NORMAL Meski pengukuran hanya dilakukan secara kasat mata, namun Camat Losari, Iwan Ridwan, yang menurunkan tim khusus untuk memantau Sungai Cisanggarung, memastikan debit air dalam kondisi normal rendah. Hujan yang terjadi dua hari belakangan ini, menurut dia, belum mempengaruhi debit air. “Kalau di kita hujan saya kira tidak masalah. Yang penting di Kuningan jangan sampai hujan tiap hari. Kalau di Kuningan hujan, saya khawatir debit air naik dan kalau terlalu banyak, bisa banjir,” ujar dia. WARGA TIGA DESA MAKIN RESAHHUJAN yang terjadi dua hari berturut-turut, membuat warga tiga desa di Kecamatan Losari, resah akan ancaman banjir yang diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Cimanuk. Sayangnya, proses birokrasi yang ditempuh oleh Balai Besar Wilayah Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) terlalu berbelit. Tokoh pemuda Desa Ambulu, Ujang Kusumah Atmawijaya mengatakan, dirinya kecewa terhadap pernyataan Kepala Dinas Pengelola Sumber Daya Air dan Pertambangan (DPSDAP), Dedi Nurul, yang menyatakan BBWS sedang ke Jakarta untuk meminta persetujuan perbaikan tanggul. Padahal, untuk kondisi darurat seperti sekarang ini, mestinya ada tindakan lain yang ditempuh. Apalagi, hujan terus terjadi dalam dua hari ini. “Saya dan warga Desa Ambulu sangat kecewa, bukannya cepat-cepat ada pencegahan supaya jangan banjir, ini mah banyak proses birokrasi yang sangat lama. Sekarang zaman sudah modern, urusan persetujuan mah bisa lewat email atau telepon. Dan saya yakin pasti atasan dari Kementerian PU (Pekerjaan Umum) menyetujui, karena kondisinya memang urgent,” tuturnya. Birokrasi yang ditempuh, kata Ujang, lamanya proses birokrasi yang ditempuh, seolah BBWSCC sedang menantang datangnya banjir. Sebab, sekarang ini tanggul yang ambles tinggal menyisakan fondasi saja. Hanya dengan dorongan kaki, fondasi tanggul tersebut sudah goyang. Ketika debit air Sungai Cisanggarung meningkat, sudah dipastikan tanggul jebol dan air limpas ke premukiman warga. “BBWSCC seperti setengah-setengah dalam menangani ancaman banjir ini. Kondisi tanggul itu sudah sangat memprihatinkan, karena tanggul sudah tinggal pondasinya saja. Kita tendang-tendang saja sudah goyang. Kalau sudah banjir datang, apa BBWSCC mau ikut tanggung jawab mengenai kerugian warga?” tanya Ujang. Camat Losari, Iwan Ridwan untuk sementara ini belum bisa berkomentar apa pun. Pihaknya hanya menunggu hingga 24 Juni sebagai waktu tanggap darurat, seperti yang dijanjikan BBWSCC melalui DPSDA. “Saat ini kita tidak komentar dulu, kita lihat saja nanti sampai tanggap darurat itu berakhir,” ujar Iwan. (den/sam) FOTO: DENY HAMDANI/RADAR CIREBON TANGGAP DARURAT. Kondisi terkini tanggul Sungai Cisanggarung, yang fondasinya semakin rapuh, kemarin. Warga mendesak BBWSCC segera melakukan perbaikan tanggul. (sam/den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: