BP4K Bidik Potensi Singkong Unggulan
KUNINGAN - Temu pelaku usaha yang digagas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) tidak sia-sia. Telah terjadi banyak kesepakatan untuk membuka peluang usaha dengan pasar yang dijamin. Salah satunya potensi singkong. Ternyata, kebutuhan pasokan singkong ke luar negeri sangat menjanjikan. Itu belum termasuk pasokan lokal, Indonesia. Pemaparan Direktur CV Java Food Internasional, Amran S Fuad dalam lokakarya untuk fasilitasi temu pelaku usaha oleh BPPT, cukup menerangi kegelapan petani Kuningan. Hal ini dalam menggali potensi investasi guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Amran sendiri menawarkan potensi besar singkong. Di Indonesia maupun di luar negeri, singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu itu dianggap merupakan satu-satunya jenis ubi yang memiliki unsur konsentrat untuk pakan sapi. Sejauh ini, Indonesia termasuk produsen terbesar ketiga setelah Brazil dan Thailand. Pasar singkong begitu luas, bahkan setiap tahunnya mengalami peningkatan kebutuhan. Bukan hanya Korea Selatan, yang sudah menjalin kontrak dengan CV Java Food Internasional. Permintaan juga sudah datang dari China, India, Nigeria, Kamerun dan Eropa. Dibeberkannya, Ia sudah memiliki 2 kontrak pasar singkong yakni untuk ekspor dan lokal. Sejauh ini Ia baru bisa memenuhi kebutuhan pasar Korea Selatan. Sedangkan permintaan China, India dan lainnya belum ditanggapi. Buyer China saja, membutuhkan 1.000 ton singkong per bulan untuk gaplek. Untuk 5.000 ton gaplek dibutuhkan minimal 10 ribu ton bahan baku singkong segar atau diperkirakan dibutuhkan lahan 100 hektare untuk tanaman singkong per bulan. ”Kalau kita kontrak 1 pabrik pakan sapi lokal saja, itu sangat menjanjikan. Sistem pembayarannya juga cash,” kata Amran. Keuntungan kongkretnya kata dia, jika kelompok tani bisa berinvestasi Rp11.800 per satu hektare dengan hasil produksi sekurang-kurangnya 150 ton dikali harga minimal Rp300/kg saja, maka petani bisa meraup uang sekitar Rp45 juta. Ditambah jika petani mau sedikit meningkatkan beban kerja melalui pembuatan gaplek, maka keuntungan bisa mencapai Rp75 juta karena harga gaplek Rp1.100/kg. Penawaran Amran direspons baik gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta pelaku usaha lain. Usai lokakarya, mereka menindaklanjuti peluang besar tersebut dengan berdiskusi hingga hal-hal teknis. Bahkan, Selasa (5/10), Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (BP4K) juga turut merespon positif peluang investasi bagi masyarakat petani Kuningan tersebut. Respons BP4K ditunjukan dengan mengundang Direktur Java Food Internasional, Amran S Fuad untuk memberikan pemaparan lebih kongkret terkait potensi pasar singkong lokal maupun luar negeri. Dalam rapat itu, disepakati perencanaan penanaman singkong varietas unggulan Darul Hidayah. Kebetulan, varietas itu sudah tertanam di sebuah lahan, Desa Cipari. BP4K juga bahkan sudah memproyeksikan lahan seluas 10 hektare tanaman singkong Darul Hidayah untuk tahap satu. ”Tahap selanjutnya kita akan proyeksikan ke daerah Timur Kuningan. Karena daerah itu sangat cocok untuk tanaman singkong,” tukasnya, optimis. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: