Satu Sekolah, Dua Anak Melanjutkan
Potret realita pendidikan di kampung ini sepertinya jauh dari sentuhan kampanye pemerintah wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Padahal lokasinya masih di wilayah Kota Cirebon. Masyarakat Lebakngok, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti rupanya masih menganggap melanjutkan pendidikan formal setelah SD tidak lagi prioritas. SETENGAH tidak percaya memang. Hingar bingar segudang program pemerintah dari pusat sampai daerah untuk menarik anak negeri ini bersekolah dengan anggaran menggunung, hanya mampu menarik dua siswa sekolah SDN Lebakngok melanjutkan pendidikan formalnya ke SMP. Pengakuan ini terdengar dari penuturan Deni Dede Sulaiman Pelangi (11), bocah yang lulus kelas enam tahun ini di SD tersebut. “Teman-teman sekelas saya, nggak ada yang ngelanjutin ke SMP. Hanya dua orang dari satu kelas yang nerusin sekolahnya ke MTs Cibogo,” ujarnya, Selasa (5/10). Setelah memilih tidak melanjutkan sekolah, Deni pun menyampaikan lebih banyak menghabiskan waktunya sehari-hari dengan bermain. “Sekarang ya main saja terus,” terangnya ditemui di rumah orang tuanya yang hanya berjarak 5 meter dari SDN Lebakngok. Deni menjelaskan serangkaian alasan kenapa dirinya bersama sekitar 21 orang temannya di kelas memilih tidak melanjutkan pendidikan formal ke SMP. Di antaranya, tidak ada teman yang melanjutkan, tidak sanggup biaya, dan orang tua lebih memilih melanjutkan pendidikan ke pesantren. “Orang tua sih membolehkan melanjutkan pendidikan ke SMP, tapi temen-temen lain nggak ada yang melanjutkan,” terang Deni di serambi rumah. Kawana (17), kakak perempuan Deni mengatakan, mayoritas teman-teman seusia Deni, adiknya, lebih memilih menggembala, pergi ke ladang, membantu orangtua ketimnbang bersekolah. Ibu belia satu anak usia 4 tahun ini saja sekolah hanya sampai kelas 3 SD. Karenanya tidak heran ketika ditanya apakah bisa membaca, Kawana tegas menjawab bisa. Hanya saat ditanya apakah bisa berhitung, dia hanya sanggup tersenyum simpul. Rozak (30), warga desa RW 11 Lebakngok menyebutkan, terdapat dua penyebab utama anak-anak di kampungnya seperti berat melanjutkan ke SMP. Yakni, pekerjaan tidak tetap orang tua mengakibatkan ekonomi rumah tangga tidak stabil, dan kurangnya minat anak untuk melanjutkan sekolah. Faktor orang tua dan anak ini diakui Rozak berhubungan kuat. “Bayangkan, pekerjaan para orangtua di sini tidak tetap. Kalau hujan turun, baru bertani dan dapat uang. Lalu sehari-hari dari mana? Nah, kalau anak-anak sekolah, dari sini ke SMP terdekat di SMPN 9, sehari paling tidak harus ngasih ongkos Rp10.000. Itu ongkos saja belum jajan. Lalu makan dari mana?” ungkap pria bersarung ini di serambi rumahnya. Sedangkan Aminah (35) warga Benda Kulon, yang anak pertamanya bersekolah di SDN Lebakngok juga hanya sampai kelas 6 tahun kemarin. Dia beranggapan, sekolah tidak lagi penting bagi mereka yang ada di kampung. Dia mengamini alasan tidak melanjutkan pendidikan dasar selain karena tidak mampu, letak SMP terdekat cukup jauh, dan menyebut anaknya sudah malas bersekolah lagi. “Kalau anak kampung mah kampung aja pak. Nggak usah sekolah lagi,” ucap ibu enam anak itu, sambil memecah batu ditemani si anak. Namun begitu, warga setempat merasa berterima kasih dengan hadirnya PKBM seminggu sekali di Lebakngok. PKBM memberikan pendidikan Paket A bagi warga yang kebanyakan berusia 15 tahun ke atas. Dengan begitu, kemampuan membaca pun menjadi lancar, dan berhitung sederhana dikuasai. “Ya, seneng aja ada PKBM, sangat bermanfaat. Dulu saya nggak bisa SMS, sekarang bisa SMS-an,” tutur Mugni (33), warga RW 11 Lebakngok. Koran ini pun mencoba mengunjungi kepala SDN Lebakngok untuk mendapat tambahan penjelasan realita pendidikan di kampung paling ujung selatan Cirebon itu. Hanya sayang, saat didatangi di rumahnya di Kompleks BTN Nusantara, menurut anaknya, ayahnya berada di Bandung. Dalam sebuah kesempatan, sebelum Radar pergi ke SDN Lebakngok, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdik Kota Cirebon Drs Oma Rustama MPd terlihat cukup tertegun saat dikabari minimnya siswa SDN Lebakngok melanjutkan ke SMP. Dia hanya mengatakan, pemerintah tidak akan tinggal diam menyikapi kondisi ini. “Melakukan berbagai macam cara, agar pendidikan dasar bisa dilalui oleh anak-anak SDN Lebakngok,” katanya. Satu di antaranya lanjut Oma, dengan memberikan dukungan penuh terhadap aktivitas PKBM yang sudah ada di sana. Dia pun berencana mengajak koran ini suatu saat melihat langsung kondisi anak-anak yang sebenarnya. Tapi maaf, Radar datang duluan ke Lebakngok . (suhendrik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: