Nilai Ekspor Cirebon Turun Drastis

Nilai Ekspor Cirebon Turun Drastis

CIREBON – Tren nilai ekspor Kabupaten Cirebon beberapa bulan terakhir cenderung menurun. Namun, kondisi itu terjadi bukan karena hal yang fundamental, melainkan cenderung karena sentimen penyebaran virus corona.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon, Deni Agustin saat ditemui Radar Cirebon di kantornya, kemarin. Menurutnya, penurunan nilai ekspor sejumlah komoditi di Kabupaten Cirebon diprediksi masih akan terus terjadi, seiring dengan virus corona yang saat ini sudah menjadi pandemi global.

“Masalahnya sekarang, banyak negara tujuan ekspor yang memberlakukan lockdown. Barang-barang dari kita tidak bisa masuk ke banyak negara tujuan. Tentu ini akan berpengaruh. Tapi kami yakin ini akan pulih dengan cepat karena penyebabnya bukan hal yang fundamental. Biasanya proses recoverynya cepat. Di kabupaten total ada sekitar 40 komoditi ekspor yang saat ini terhambat,” ujarnya.

Dari data yang ada, menurut Deni, total nilai ekspor Kabupaten Cirebon pada periode Januari 2020 sekitar USD 18,067,261. Komoditi paling banyak yakni benang tenun sebanyak 128 kontainer atau sebesar USD 7,7 juta dan rotan furniture sebanyak 351 kontainer dengan nilai USD 4,2 juta.

Data pada bulan Februari 2020, nilai ekspor sendiri turun menjadi USD 16,72 juta. Pegiriman pun mulai terjadi dimana pada Februari kemarin total benang tenun yang dikirim sebanyak 108 kontainer senilai USD 5,5 juta. Sementara untuk rotan menjadi 328 kontainer atau senilai USD 4,03 juta.

“Kita belum tahu negara-negara besar tujuan ekspor yang saat ini memberlakukan lockdown sampai kapan. Tentu akan ada pengaruh, apalagi komoditi ekspor ini memiliki keterkaitan dengan hajat hidup masyarakat Kabupaten Cirebon,” imbuhnya.

Untuk periode Maret 2020, menurut Deni, laporan nilai ekspor masih dalam pengumpulan data. Namun mengingat kondisi yang terjadi saat ini, ia memprediksi akan ada penurunan nilai ekspor dari nilai yang ada pada periode bulan Februari 2020.

“Kalau nilai ekspor saya yakin akan turun, mengingat pandemi virus corona belum mereda. Nilai turunnya mungkin antara 8 persen atau lebih. Tapi tentu validnya nanti ketika sudah selesai diinput datanya, kan masih berjalan Maret 2020-nya,” bebernya.

Ia pun mengaku tidak menutup mata dengan kondisi yang terjadi saat ini, dimana ada potensi ekspor yang akan turun drastis dengan kejadian pandemi virus corona. Menurutnya, salah satu yang perlu diperkuat adalah pasar dalam negeri dimana hal ini yang jarang dilakukan oleh pengusaha di Kabupaten Cirebon.

“Kalau pasar luar negeri tidak bisa, harus ada opsi. Opsinya ya yang diperkuat adalah pasar dalam negeri, ini mutlak harus dilakukan agar kita tidak selalu bergantung ke luar negeri. Sehingga, sewaktu-waktu terjadi hal seperti saat ini, ekonomi kita akan kuat. Nah, peran Disdagin di sini, selain membantu pengembangan usaha ke luar negeri, tapi membantu pengusaha memperkuat pasar dalam negeri,” ungkapnya.

Sementara itu, sejumlah pengusaha dan subkontraktor rotan di Kabupaten Cirebon ketar-ketir. Hal tersebut dikarenakan sejumlah negara tujuan ekspor kerajinan rotan memberlakukan lockdown. Hal tersebut dikhawatirkan akan berimbas pada perekonomian masyarakat di Kabupaten Cirebon dimana banyak warga yang bergantung ke industry olahan baik kerajinan ataupun barang jadi.

“Negara-negara tujuan ekspor kita sudah memberlakukan lockdown, nasib barang kita bagaimana, ini tentu berpengaruh, perekonomian sebagian masyarakat di Kabupaten Cirebon bisa lumpuh, pemerintah harus hadir dalam hal ini,” ungkap seorang perwakilan pengusaha rotan, Ahmad saat ditemui Radar Cirebon, kemarin (23/3). (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: