Tim di Balik Layar Pengujian Sampel Covid-19 di Jabar, Laboratorium Menjadi Rumah Kedua

Tim di Balik Layar Pengujian Sampel Covid-19 di Jabar, Laboratorium Menjadi Rumah Kedua

Seorang warga di Kota Bandung, sebut saja bernama \'D\', diambil sampel swab (usap) untuk memastikan apakah dirinya positif Covid-19 dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (PCR). Pemeriksaan ini dilakukan agar penanganan cepat dilakukan bagi mereka yang positif.

****BANDUNG***

BEGITU sampel \'D\' diterima oleh Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), berbagai tahap pemeriksaan, mulai dari ekstraksi, Real Time PCR, hingga interpretasi dilakukan. Setelah verifikasi dan validasi, sampel \'D\' dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Jabar dengan \'D\' dinyatakan negatif.

Dari contoh proses itulah, ribuan \'D\' lainnya pun bisa mendapatkan penanganan yang tepat dari rumah sakit maupun pemerintah. Dan, nasib ribuan \'D\' itu berawal dari pekerjaan tangan-tangan para ahli yang ada di balik kaca laboratorium mikrobiologi Labkesda Jabar. Salah satunya adalah Kepala Laboratorium Genetika dan Bioteknologi Molekular Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, Azzania Fibriani SSi MSi PhD.

\"Tes diagnostic (di laboratorium) itu membantu manajemen pasien, apakah pasien itu bisa pulang atau dirawat lagi? Apakah orang ini harus masuk rumah sakit atau bisa isolasi di rumah?\" ucap Azzania saat ditemui di Labkesda Jabar. \"Sebetulnya (pekerjaan) kami membantu sekali (terhadap) nasib pasien walaupun kami di balik layar. Teman-teman di sini pun yakin itu akan berguna bagi orang tersebut. Kami berupaya menghasilkan hasil yang valid supaya bisa digunakan rumah sakit atau Dinas Kesehatan untuk menangani pasien tersebut,\" tambah sosok yang akrab disapa Nia itu.

Bersama 17 orang lainnya dari Labkesda Jabar, ITB, RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, tim gabungan yang bekerja di Labkesda Jabar tersebut siang dan malam berkutat dengan RNA, reagen PCR, tabung-tabung, juga komputer.

Rutinitas itu memang \'makanan\' sehari-hari bagi Nia dan ahli biologi lainnya. Laboratorium pun bisa dibilang adalah rumah kedua mereka. Namun, yang berbeda kali ini adalah pekerjaan mereka menjadi fondasi sekaligus kunci dalam percepatan penanggulangan penyakit Covid-19, yang hingga kini belum ditemukan vaksin untuk melawan virus SARS-CoV-2 itu.

\"Karena (hasil lab) betul-betul menentukan tindakan lanjut untuk orang, maka kami juga bekerja sangat hati-hati. Oleh karena itu, ada kontrol di setiap tahap. Kita tidak bisa mengeluarkan hasil negatif, jika internal control-nya tidak keluar,\" kata Nia.

\"Kami lebih baik tidak tahu (identitas) sampel itu datang dari mana, mau orang terkenal, mau orang tidak terkenal, semua kami treatment sama. Dari situ kami yakin hasilnya bisa valid, jadi tidak ada perlakuan khusus untuk sampel. Jadi yang kami kerjakan tidak ada bias,\" tegasnya.

Meski menjadi salah satu sosok sentral dari ITB di tim gabungan ini, Nia tidak menampik bahwa pekerjaannya ini cukup menguras fisik dan fokus. \"Semua orang work from home, tapi kami harus kerja di laboratorium. Apalagi sekarang anak kelas online, jadi kami (yang di lab) tidak bisa mengurus (anak yang belajar dari rumah),\" tuturnya.

\"Kita pun belum tahu puncak (pandemi Covid-19 di Jabar) di mana, jadi memang endurance (ketahanan) itu sangat diperlukan untuk kerja di lab, karena kami tidak tahu kerja sampai kapan,\" ujar Nia.

Nia pun bercerita, ada delapan orang lain asal ITB yang merupakan mahasiswa dan asisten penelitian yang bekerja secara sukarela di Labkesda Jabar. \"Sebetulnya mereka punya pilihan, bisa di rumah aja atau ikut volunteer di sini. Yang saya lihat, mereka memilih jadi volunteer di sini karena ingin melakukan sesuatu setelah ada outbreak (Covid-19) ini dan mereka punya ilmu yang bisa diterapkan di sini (Labkesda) untuk masyarakat,\" ucap Nia.

\"Selain itu ada enam orang lain dari Tim Unpad di Gedung Eyckman. Mereka juga membantu mengerjakan Real Time PCR dengan dua alat yang ada,\" ujarnya.

Di Labkesda Jabar, pekerjaan Nia turut disokong oleh Aulia Saraswati Wicaksono SSi. Analis/ahli biologi dari Laboratorium Mikrobiologi Labkesda Jabar ini mengerjakan proses ekstraksi dari sampel di Viral Transport Media (VTM). Aulia mengaku, jantungnya kerap berdegup lebih cepat jika sampel yang masuk ke Labkesda bertambah. Ya, artinya, semakin banyak orang terduga Covid-19 di luar sana yang menanti nasib dari hasil pemeriksaan. \"Warga di rumah saja juga membantu kami agar semakin sedikit sampel yang masuk, artinya semakin berkurang orang-orang terduga Covid-19. Kita berdoa saja semoga (pandemi) cepat turun,\" ucap Aulia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: