Corona, Bulog Pastikan Stok Beras Aman

Corona, Bulog Pastikan Stok Beras Aman

JAKARTA - Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso mengklaim, stok beras untuk kebutuhan nasional mencukupi hingga bulan Desember 2020. Untuk itu, Buwas –panggilannya- menegaskan, tahun ini Indonesia tidak perlu impor beras.

Mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengatakan, beras yang sedang dikelola Bulog saat ini mencapai 1,4 juta ton. Volume tersebut dinilai masih terjaga dengan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang harus dikelola Bulog di kisaran 1 juta hingga 1,5 juta ton.

\"Sampai hari ini kita masih punya (stok beras) 1,4 juta ton. Ini juga masih berlangsung penyerapan, jadi ini yang meyakinkan saya bahwa beras kita ini cukup untuk kegiatan sampai bulan Desember,\" kata Buwas kepada wartawan di kantornya, di Jakarta, Rabu (24/6).

Bulog, saat ini ditugaskan untuk menyalurkan bantuan sosial pemerintah berupa beras kepada warga miskin yang terdampak Corona di wilayah Jabodetabek. Meski begitu, Buwas meyakini bahwa stok cadangan beras pemerintah yang dikelola di gudang Bulog dinilai masih mencukupi. \"Beras kita cukup penyaluran sampai bulan Desember. Bahkan nanti penyerapan September-November saat panen lagi. Kita akan serap sebanyak mungkin,\" kata Buwas.

Pihaknya terus memaksimalkan penyerapan produksi gabah dari petani pada panen pertama di bulan April hingga Juni. Selanjutnya di musim panen kedua, September hingga November, yakni untuk menambah stok kebutuhan pangan hingga 2021, atau menjelang panen berikutnya.

Pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memetakan wilayah yang sedang dan masih panen, mengingat waktu panen antarprovinsi berbeda. \"Ada beberapa wilayah di Lampung baru mulai panen, kita serap sebanyaknya, karena nanti kalau lebih, penyerapan di Lampung akan kita dorong untuk wilayah DKI, wilayah yang kurang (beras),\" ujar dia.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) memperkirakan, stok beras hingga akhir Desember 2020 sebanyak 6,1 juta ton. Volume ini diyakini bisa memperkuat ketahanan pangan selama masa pandemi. Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kementan), stok beras pada akhir Agustus diperkirakan mencapai 8,7 juta ton. Sementara perkiraan produksi mencapai 7,3 juta ton.

Perkiraan kebutuhan konsumsi beras hingga Desember mencapai 9-10 juta ton, terdapat surplus atau stok akhir tersisa pada Desember mencapai 6,1 juta ton. Stok akhir Desember ini yang menjadi bekal (carry over) kebutuhan pangan pada tahun berikutnya, menjelang panen pertama pada 2021.

\"Stok akhir kita memasuki Desember, masuk ke Februari-Maret (2021) karena musim tanam selanjutnya adalah Februari-Maret, masih tersisa sekitar 6 juta ton,\" kata Mentan SYL.

Ada pun sejumlah daerah yang menjadi andalan produksi padi pada musim tanam kedua ini adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. \"Dari kurang lebih 94 dam yang airnya masih maksimal, terdapat 38 dan masih di atas rata-rata, termasuk di Jatiluhur, Jawa Barat masih penuh air. Kita masih optimistis,\" pungkas Mentan.

Sementara itu, Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi, menilai bahwa sektor hulu dan hilir harus diselesaikan oleh Kementerian Pertanian agar produksi melimpah, tidak terhambat pemasaran, begitu pula sebaliknya.

\"On going programme untuk jangka pendek, menengah, dan panjang telah dipersiapkan detailnya. Pak Menteri sangat pro petani karena tumbuh dan besar dari birokrat di desa sehingga merasakan betul kegelisahan petani. Menteri Pertanian menghindari impor pangan, sepanjang petani dalam negeri mampu memenuhi dan mencukupi kebutuhan,\" kata Gandhi kepada Pewarta di Bogor, Rabu (24/6)

Menurut Gandhi, perbaikan data lahan dan produksi, sistem monitoring, inovasi dan teknologi benih, hingga membantu akses pasar domestik dan luar negeri, dilakukan paralel saat ini. Hingga hari ini, produksi pangan relatif aman dan ekspor pertanian masih bertumbuh positif dengan kontribusinya terhadap PDB pun masih positif.

\"Salah satu butir kesimpulannya, Komisi IV DPR RI mengapresiasi komitmen Menteri Pertanian untuk menjamin tidak melakukan impor terhadap komoditas strategis yang dapat diproduksi secara optimal di dalam negeri,\" ungkap Gandhi. (dal/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: