Meninggal Olahraga

Meninggal Olahraga

Hadi sangat memuji kepemimpinan Jonan. Saya setuju atas sikap Hadi itu. Yang tidak saya sangka: Hadi lantas menjadi staf khusus Jonan. Saya lihat ia mengenakan pakaian dinas Kementerian Perhubungan. Necis dan ganteng.

Ketika Jonan menjadi Menteri ESDM, Hadi pun tetap menjadi staf khususnya. Jonan sangat terbantu oleh Hadi. Yang punya pembawaan mudah berkomunikasi dengan banyak kalangan.
Seperti umumnya wartawan yang sukses, logika berpikir Hadi sangat baik. Ia juga sosok yang sangat tawadhu. Ia seperti NU mesti ayahnya tokoh Muhammadiyah, Kiai Djuraid Mahfud.

Setelah Jonan tidak lagi di kabinet, Hadi masih menjabat sebagai komisaris PT Pertagas. Yakni anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang gas. Hadi juga punya waktu lebih banyak untuk olahraga. Sejak setahun lalu ia mencoba bersepeda.

Jumat kemarin Hadi ingin menggabungkan pekerjaan dengan olahraga. Pagi itu ada rapat di Balai Pustaka. Penerbit buku itu kantornya di Matraman. Sedang rumah Hadi di Depok.
Malam sebelumnya Hadi memberitahu Ima, istrinya. Untuk rapat di Balai Pustaka Jumat pagi ia akan naik sepeda saja. Dari rumahnya.

Sang istri mengingatkan jarak Depok–Matraman itu jauh. Sang istri lantas membuka Google Maps: 36 Km. Tapi Hadi berkeras. Selesai rapat ia langsung naik sepeda lagi untuk pulang. Berarti 72 Km.

Sampailah jembatan dekat UI di Depok itu. Tidak jauh dari jembatan itu ia terjatuh. Badannya tergeletak di pinggir jalan. Lokasi jatuh itu tepat di depan sebuah warung.
Tidak ada yang berani mendekat. Musim Covid-19 membuat orang takut mendekati apa pun yang mencurigakan.

Dipanggillah polisi. Lalu ambulans. Hadi sudah meninggal dunia. Di usianya yang 55 tahun.
Ia kena serangan jantung. Rupanya ia baru menanjak di jembatan itu. Setelah jalan menuruni jembatan jantungnya tidak kuat.

Kini, dari 4 laki-laki bersaudara, tinggal Abror yang masih hidup. Sedang tiga perempuan di 7 bersaudara itu yang seorang juga sudah meninggal dunia. Kini Abror 57 tahun. Sangat disiplin berolahraga.

Mereka sangat sadar berolahraga. Semuanya. Mereka sangat tahu olahragalah yang akan menjadi jalan keluar problem kesehatan seluruh keluarga itu: diabetes.

Gula darah itu menurun dari ibu mereka. Karena itu empat laki-laki bersaudara itu juga sangat disiplin menjaga makanan. Mereka sudah lama tidak makan nasi. Mereka juga sangat disiplin dalam ibadah: salat tepat waktu.

Mereka memang keluarga intelektual. Pendidikan mereka tinggi-tinggi. Kehidupan sehari-hari mereka pun kehidupan intelektual. \"Rupanya kami menjalani disiplin itu terlalu ketat. Termasuk olahraga kami mungkin berlebihan,\" komentar Abror atas WA saya padanya.

Abror pernah bergabung ke klub senam saya. Sudah mulai asyik. Tapi belakangan tidak pernah datang lagi. Sibuk di politik. Baginya olahraga itu hanya lari atau sepak bola. Abror-lah pendiri klub sepak bola Askring di lingkungan wartawan: Asal Kringetan.

Saya hanya bisa membaca beritanya ketika Hadi dimakamkan. Maafkan Hadi, saya tidak bisa ke Jakarta. Tapi, saya lihat foto-foto pemakaman itu, ada Jonan di sana. (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: