Senjata Dewa

Senjata Dewa

Saya tidak menganggap Tim Erick Tohir ini seperti sikap perwakilan Singapura itu. Setidaknya di tulisan ini. Secara lahirlah Erick Tohir dan timnya adalah orang yang bisa menjaga perasaan. Masalahnya: kita pilih terus jaga perasaan atau pilih maju cepat. Tentu banyak yang memilih dua-duanya. Tapi kadang tidak selamanya bisa begitu.

Maka sikap mengalah dan menekan ego di jajaran para Menko tadi memang sangat menentukan. Kita pun ingat: jasa seseorang terhadap bangsa ini tidak hanya datang dari mereka yang memimpin. Tapi juga dari mereka yang mengalah.

Saya akan selalu ingat: jasa Jendral Nasution tidak kalah besar dari jasa Jendral Suharto —justru karena Nasution mengalah. Nasution justru meminta Suharto saja yang menjadi pejabat presiden. Untuk menggantikan Bung Karno. Padahal Nasution lebih senior. Ia juga diidolakan. Terutama karena putri kecilnya tewas ditembak sebagai perisai dirinya.

Pun Pak Harto sendiri sudah minta agar Nasution mau menjadi pejabat presiden —entah sungguh-sungguh atau hanya taktik Soeharto untuk menjaga perasaan Nasution.

Yang jelas Nasution tidak mau mengambil kesempatan itu. Nasution justru menyilakan Soeharto yang tampil. Yang baru 42 tahun. Yang pangkatnya baru bintang dua. Yang jabatannya baru Pangkostrad. Bayangkan bagaimana kalau waktu itu Nasution tiba-tiba bilang: ya saya mau!

Amin Rais, sebagai bapak reformasi, juga punya kesempatan serupa. Juga tidak mau. Sayangnya belakangan ia sangat mau jabatan itu —justru ketika timingnya sudah lewat.

Jadi, apakah Tim Erick Tohir ini akan bisa berjalan?

Seharusnya bisa. Kita ini orang baik-baik. Lihatlah menteri pertanian. Toh biasa-biasa saja. Meski presiden menunjuk menteri pertahanan sebagai penanggung jawab lumbung pangan di Kalteng. Menteri kesehatan juga baik-baik saja. Meski untuk urusan Covid-19 dibentuk Tim Doni Monardo.

Apalagi Erick Tohir memang punya kemampuan untuk membangkitkan ekonomi. Budi Sadikin punya kapasitas untuk membuat terobosan kemajuan. Ia seorang teknokrat dengan latar belakang istimewa: ilmu nuklir (ITB) dan ilmu perbankan plus manajemen (City Bank dan Bank Mandiri).

Doni Monardo juga pandai bikin terobosan —di tengah beratnya persoalan. Sangat mungkin, bagi Doni, persoalan otoritas lebih berat dari Covid-nya sendiri. Kini Doni Monardo bisa mendapat keputusan cepat dari Erick Tohir. Hanya masalahnya tetap: apakah Tim Doni Monardo sudah akan bisa mem-by pass birokrasi, termasuk sampai di seluruh Pemda.

Tim Erick Tohir ini —untuk meminjam istilah motivator Mario Teguh— super sekali.

Baladewa diberi senjata Nanggala. Oleh dewa. Kresna dibekali senjata Cakra. Adipati Karna diberi senjata Konta. Arjuna pun diberi dewa senjata Pasopati. Saya masih menunggu, kali ini, dewa akan memberi Erick Tohir senjata apa. (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: