AS Borong Vaksin Covid-19
WASHINGTON - CNBC International melaporkan, pemerintah AS setuju menggelontorkan dana sebesar US$ 2,1 miliar untuk membayar Sanofi dan GSK agar perusahaan farmasi tersebut memberikan vaksin Covid-19 sebanyak 100 juta dosis.
Lebih dari setengah dari US$ 1,5 miliar akan digunakan untuk mendukung pengembangan lebih lanjut dari vaksin, termasuk uji klinis. Sisanya untuk pembuatan dan pengiriman 100 juta dosis. Lebih lanjut, AS akan memiliki opsi untuk memesan tambahan 500 juta dosis.
Pada 14 April lalu, Sanofi dan GSK mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian kerja sama untuk membuat vaksin Covid-19 pada akhir tahun depan.
Untuk membuatnya, Sanofi mengatakan akan menggunakan kembali teknologi yang digunakannya dalam vaksin flu sementara GSK akan menyediakan teknologi tambahan yang dirancang untuk meningkatkan respon imun dalam vaksin.
Pengumuman itu dikeluarkan kurang dari dua minggu setelah pemerintah AS mengatakan akan membayar Pfizer dan perusahaan bioteknologi BioNTech senilai US$ 1,95 miliar untuk memproduksi 100 juta dosis vaksin mereka jika terbukti aman dan efektif.
Jauh sebelum itu, tepatnya pada pekan terakhir Mei, upaya AS untuk mendapatkan vaksin Covid-19 juga sudah dimulai ketika perusahaan farmasi asal Inggris yang juga mengembangkan vaksin Covid-19 yakni AstraZeneca dikabarkan terlibat kerja sama dengan AS untuk menyediakan 300 juta dosis vaksin senilai US$ 1,2 miliar.
Jika ditotal maka AS merogoh kocek hingga US$ 5,25 miliar untuk memesan kurang lebih 500 juta dosis vaksin. Saat ini penduduk AS ada kurang lebih 350 juta jiwa. Jika semuanya perlu divaksinasi dan asumsinya satu orang dua dosis maka AS butuh 700 juta dosis vaksin.
Jumlah penderita yang banyak serta ekonomi yang porak poranda mungkin dua hal ini lah yang membuat AS getol tebar duit untuk memborong vaksin dari siapapun yang dianggap potensial.
Dengan asumsi vaksin dapat diproduksi dalam kurun waktu 12-18 bulan dan diperkirakan baru ada 3 miliar dosis tahun depan sementara AS sudah memesan hampir seperlimanya sendiri, lantas bagaimana nasib yang lain? Apakah masih dapat jatah?
Terkait apakah semua negara bakal mendapatkan vaksin, GAVI (aliansi vaksin global) terus berupaya agar vaksin Covid-19 menjadi barang milik publik melalui program yang dinamakan COVAX Facility.
Hingga 15 Juli 2020, sudah ada 75 negara yang tertarik untuk bergabung dengan COVAX Facility.
Tujuh puluh lima negara ini akan membantu mendanai pengembangan vaksin dan bekerja sama dengan 90 negara berpenghasilan rendah lain yang didukung oleh GAVI. (yud/cnbc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: