Media Asing Soroti Penanganan Covid-19 di Indonesia, Mak Jleb!

Media Asing Soroti Penanganan Covid-19 di Indonesia, Mak Jleb!

JAKARTA - Media asing asal Amerika Serikat New York Times merilis tulisan Richard C. Paddock, menyoroti penanganan Covid-19 di Indonesia.

Tulisan Paddock tersebut berjudul: In Indonesia, False Virus Cures Pushed by Those Who Should Know Better. Jika diterjemahkan berarti: Di Indonesia, Penyembuhan Virus Palsu Didorong oleh Mereka yang Seharusnya Tahu Lebih Baik

Judul itu seakan menjadi gambaran umum Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Sejumlah pejabat dan influencer disebut kerap mempromosikan pengobatan Covid-19 yang jauh dari sifat keilmiahan.

Ini menjadi miris mengingat penduduk Indonesia sangat beragam dan tidak semua bisa memilah informasi.

Apalagi jika informasi-informasi salah tersebut justru disebarkan oleh orang-orang yang mereka anggap benar, seperti pejabat dan influencer.

Ada beberapa contoh yang diambil oleh Paddock. Seperti promosi kalung eucalyptus yang diramu dari spesies kayu putih.

Kalung tersebut digadang-gadang bisa membunuh 80 persen partikel virus dalam setengah jam.

Meski begitu, klaim tersebut langsung disanggah oleh para ahli kesehatan, termasuk kepala laboratorium yang mengembangkan ramuan aromaterapik. Ia mengatakan, kalung tersebut tidak efektif menanganani virus corona.

Di Bali, pemerintah setempat mendorong pengobatan menghirup uap arak, minuman tradisional.

Fakta-fakta tersebut sangatlah miris. Para pejabat dan influencer yang seharusnya memberikan pemahaman berbasis ilmu pengetahuan kepada masyarakat awam justru menjerumuskan mereka ke dalam informasi yang salah.

Di tengah tekanan sosial-ekonomi disertai penanganan wabah yang tidak maksimal, para pejabat seakan kehilangan arah.

\"Karena Indonesia terus kehilangan penanganan pandemik, pemerintah mengalami kesulitan untuk menyampaikan pesan berbasis ilmu pengetahuan yang konsisten tentang virus corona dan penyakit yang ditimbulkannya, Covid-19,\" tulis Paddock.

Sebagai negara dengan populasi yang besar dan beragam, geografi yang luas dan bentuknya kepulauan, sulit memang bagi pemerintah untuk mengimplementasikan rencana yang jelas dan terpadu untuk memerangi virus.

Di tengah hambatan-hambatan tersebut, penanganan wabah justru diperburuk dengan serangan informasi palsu dan seringkali berbahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: