Sektor Pertanian Jadi Andalan Jabar Pulihkan Perekonomian
BANDUNG - Pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19. Saat semua sektor terpukul pandemi, pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 7,64 persen secara year on year. Secara quarter to quarter, pertanian meningkat lebih besar, yakni 45,86 persen. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pertanian merupakan sektor andalan Jawa Barat (Jabar) dalam pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi Jabar yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, dalam Forum Group Disccusion bertajuk \'Peluang Membangun Jabar Food Incorporated\' mengatakan, sektor pertanian dapat mendongkrak ekonomi Jabar pada kuartal ketiga dan keempat. Setelah pada kuartal kedua, Jabar mengalami kontraksi ekonomi minus 5,90 persen.
“Dengan peningkatan di sektor pertanian ini, kita optimis, pada quarter ketiga nanti akan terjadi pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Berbagai upaya telah dan akan pemerintah lakukan bersama masyarakat demi percepatan pemulihan ekonomi Jabar,” kata Setiawan.
Menurut Setiawan, sektor pertanian dapat menjadi andalan Jabar saat memulai pemulihan ekonomi. Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar, kata ia, akan mengembangkan berbagai program pertanian di daerah yang berstatus Zona Hijau dalam level kewaspadaan COVID-19. Saat ini, ada 228 kecamatan berstatus Zona Hijau dan belum pernah memiliki kasus positif COVID-19.
“Semoga program pemulihan ekonomi di bidang ketahanan pangan ini bisa membuat PDRB Jabar yang minus di kuartal kedua menjadi positif di kuartal tiga dan empat. Saya optimis ini bisa tercapai dengan kerja sama pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat,” ucapnya.
Dalam FGD yang diselenggarakan Kelompok Kerja (Pokja) Ketahanan Pangan dan Pertanian Satgas Pemulihan Ekonomi Jabar itu, turut hadir sebagai pembicara Kabiro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas Bappebti Widiastuti, Dirut BGR Logistik M. Kuncoro, serta Pemimpin Divisi Kredit UMKM bank bjb Denny Mulyadi.
Ketua Pokja Ketahanan Pangan Satgas Pemulihan Ekonomi, Sonson Garsoni, mengatakan, meski sektor pertanian mengalami peningkatan saat pandemi, tetapi daya serap pasar menurun. Hal ini ini dikhawatirkan akan menurunkan kemampuan pelaku usaha di musim tanam selanjutnya. Maka itu, pemberian kredit murah, akses pemasaran, dan bantuan program usaha mesti dilakukan. Salah satu program yang ditawarkan Pokja Ketahanan Pangan adalah ekstensifikasi.
“Tidak perlu di areal tertentu karena bisa dilakukan ekstensifikasi di kawasan hutan, perkebunan, tanaman sela, lahan tidur, lahan perkotaan, dan pertanian pekarangan. Tapi tentu saja perlu dukungan dana untuk itu,” kata Sonson.
Menurut Sonson, ekstensifikasi perlu dilakukan secara masif karena konversi lahan juga terjadi secara masif. Konversi lahan pertanian di Jabar selama 10 tahun terakhir mencapai 36.389 hektare sehingga produksi pertanian Jabar pun menurun. Padahal, kontribusi sektor pertanian Jabar pada nasional mencapai 60 persen.
Penurunan juga terjadi di sektor peternakan. Peternakan Jabar berkontribusi 40 persen dengan nilai Rp240 triliun. Dari jumlah itu, 10 persennya adalah peternakan rakyat atau setara Rp24 triliun. Saat pandemi, hampir setengah peternakan rakyat menghentikan produksi, dan setengahnya lagi berhenti. Sedangkan PMDN dan PMA merumahkan karyawannya sebanyak 30 persen-50 persen.
“Untuk menyelamatkan ketahanan pangan masyarakat, harus segera diantisipasi krisis supply dengan penyediaan kredit atau bantuan likuiditas produksi usaha, akses pemasaran hasil pertanian, serta bantuan program bagi dunia usaha di bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan,” ucap Sonson. (mid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: