Mengenang Legacy Politik Yance

Mengenang Legacy Politik Yance

Oleh: Adlan Daie

Saya adalah orang pertama menulis buku biiografi politik H Yance dengan judul \"Biografi Dan Kepemimpinan Politik H Irianto MS Syafiuddin\", sebelas tahun silam.

H Yance (Ahad, 16 Agustus 2020) telah menuntaskan perjalanan dan pengabdian hidupnya meninggalkan anak, istri, cucu tercinta, kerabat, handai taulan dan kita semua.

Dengan merunduk lirih mari kita berdoa bersama \"Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roi\'un\". Semoga husnul khatimah, diampuni dosa-dosanya dan diterima amaliyah nya. Amin Ya Rabbal Alamin.

Yance  tokoh politik penting bahkan terpenting di panggung politik Indramayu selama kurun waktu 20 tahun terakhir, pasca rezim Orba berakhir.

Tahun 2020, awal reformasi H Yance terpilih bupati Indramayu dengan wakilnya H Dedi Wahidi, tokoh politik  NU, melalui pemilihan di lembaga DPRD Indramayu.

Tahun 2005 terpilih kembali lewat pemilihan langsung dan sukses dua kali, yakni pilkada tahun 2010 dan tahun 2015 mengantarkan istri tercinta, Hj Ana Sopanah, terpilih  menjadi bupati berpasangan dengan birokrat H Supendi.

Tentu sebagai tokoh politik penting selama kurun waktu 20 tahun H Yance memiliki intensitas pergaulan politik lintas partai, ormas dan kelompok kepentingan lainnya dengan varian kesan yang berbeda satu sama lain.

Satu hal yang pasti melekat dalam dirinya sebagai figur politik adalah karakternya \"risk taker\". Berani ambil resiko politik. Itulah titik kunci suksesnya menguasai peta politik Indramayu, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang mengikutinya.

Terlepas dari hal-hal di atas, di tengah duka kita bersama seraya kita mendoakannya, setidaknya terdapat beberapa \"legacy\". Warisan kebijakan dan inisiatifnya yang dapat kita kenang berharga saat stigma \"syariat\" di ruang publik politik dipandang secara alergis  dan \"nyinyir\" akhir akhir ini.

Pertama, bersama wakil nya H Dedi Wahidi, tahun 2002 H Yance mempelopori diberlakukannya peraturan daerah (perda) Madrasah Diniyah. Sebuah instrumen yuridis bukan saja dalam kerangka akselerasi program baca tulis qur’an bagi anak didik.

Lebih dari itu, secara sosial untuk menciptakan iklim religius. Bagian dari ikhtiar menekan potensi tawuran antar warga yang kala itu sangat marak di bumi Wiralodra Indramayu.

Kedua, kebijakannya mewajibkan busana muslimah bagi wanita muslim mulai PNS, honorer hingga para siswi SMP/SMA dalam yuridiksi teritorial Indramayu. Kebijakan ini penting dibaca dalam konteks keberanian H Yance mendesakkan \"syariat\" di ruang publik.

Dalam perspektif sosial lanjutannya melenturkan sekat sosiologis varian kultural politik abangan dan santri. Sebagaimana digambarkan Clifford Getz dalam bukunya \" The Religion of Java\" pada level sisi religiusitasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: