Menuju Sang Guru

Menuju Sang Guru

BARCELONA - Ketika Bayern Munchen mencomot Mario Goetze dari rival mereka, Borussia Dortmund, pertanyaan besar langsung muncul. Yakni, apakah Goetze yang masih 21 tahun dan berstatus pemain termahal Jerman tersebut (EUR 37 juta atau Rp481 miliar) mendapat tempat dalam starting eleven Bayern dibawah asuhan Pep Guardiola. Itu mengingat Die Roten -sebutan Bayern- juga memiliki Toni Kroos yang sama-sama berposisi sebagai gelandang serang dan juga masih 23 tahun. Kroos dianggap sebagai salah satu produk akademi Bayern dengan skill natural dan setahun terakhir menjadi pilihan reguler sekaligus kesayangan pelatih Timnas Jerman Joachim Loew. Belum juga pertanyaan di atas terjawab, pertanyaan baru kembali muncul kala Bayern meresmikan Thiago Alcantara sebagai amunisi anyar mereka, kemarin. Thiago (22) resmi direkrut dari Barcelona dengan fee EUR 25 juta (Rp325 miliar) dan dikontrak selama empat tahun ke depan. Kedatangan produk asli La Masia, akademi Barca (sebutan Barcelona), itu tak lepas dari request Guardiola. Ketika masih menangani Barca (2008-2012), Guardiola-lah yang mempromosikan Thiago dari Barcelona B ke tim utama pada 2009. Guardiola memang mengenal betul talenta pemain kelahiran San Pietro Vernotico Italia itu karena mengawali karier kepelatihannya di Barcelona B. Bisa dibilang, Guardiola adalah sang guru bagi Thiago. \"Saya sangat-sangat mengenalnya. Dia adalah pemain hebat dan bisa mengkaper tiga, empat, sampai lima posisi sekaligus. Dia adalah satu-satunya pemain yang saya inginkan saat ini. Jadi, dia atau tidak sama sekali,\" kata Guardiola di situs resmi Bayern. Meski memuji Thiago, Guardiola tak memberi garansi posisi inti bagi kapten Timnas Spanyol saat memenangi Piala Eropa U-21 di Jerusalem, Israel, medio Juni lalu tersebut. Bagaimana tidak, stok pemain lini tengah Bayern menumpuk. Satu posisi bisa diperebutkan sampai tiga pemain. Seiring Guardiola mulai reguler memperkenalkan skema 4-1-4-1, Thiago harus bersaing dengan Goetze, Kroos, Bastian Schweinsteiger, Franck Ribery, Arjen Robben, Thomas Mueller, Javi Martinez, Luiz Gustavo, Xherdan Shaqiri, sampai pemain muda seperti Emre Can dan Pierre-Emile Hojbjerg. \"Kami memang memiliki banyak pemain (di lini tengah), tapi kami membutuhkan kualitas spesial yang dibawa Thiago,\" jelas pelatih 42 tahun tersebut. Pertanyaan lagi-lagi muncul. Kualitas spesial Thiago yang seperti apa yang diharapkan Guardiola. Dengan postur 172 sentimeter, Thiago termasuk gelandang Bayern paling mungil. Dalam sepak bola Jerman atau Bundesliga, postur memang cukup signifikan. Hanya pemain mungil yang memiliki kecepatan atau berposisi di flank yang mampu eksis. Di skuad Bayern saat ini misalnya. Ada Shaqiri (169 sentimeter) yang posisinya winger dan duo full back, Philipp Lahm (170) dan Rafinha (171). Kemenangan superior tujuh gol tanpa balas Bayern atas Barca di semifinal Liga Champions musim lalu bisa dijadikan parameter. \"Permainan passing memang indah untuk dinikmati. Tapi, kekuatan otot juga masih sangat dibutuhkan, apalagi dalam kultur sepak bola di Jerman,\" kata Lahm yang menjabat kapten Bayern sekaligus Timnas Jerman. (dns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: