100 Dokter Gugur karena Corona

100 Dokter Gugur karena Corona

JAKARTA - Korban meninggal dunia akibat Covid-19 dari kalangan dokter terus bertambah. Kali ini jumlahnya mencapai 100 orang. Presiden Joko Widodo menyampaikan dukacita. Sementara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempertimbangkan langkah pergantian tenaga medis antarsatu wilayah. Ini untuk mengatasi beban kerja yang berlebihan.

\"Pak Presiden memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tenaga medis yang bekerja sangat keras dan sangat baik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, berjibaku tanpa sekat dengan penuh dedikasi dan profesional,\" kata Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman di Jakarta, Rabu (2/9).

Hal senada disampaikan Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen TNI Doni Monardo. Dia berharap tidak ada lagi dokter yang menjadi korban keganasan virus tersebut. \"Sudah ada 100 dokter wafat. Kita harus mencegah jangan sampai bertambah lagi,\" tegasnya.

Menurutnya, jumlah dokter di Indonesia, khususnya dokter paru, tidak banyak. Seorang dokter paru bisa melayani lebih dari 130 ribu warga Indonesia. \"Ibarat di medan perang, dokter adalah pasukan khusus. Kalau seorang dokter wafat, akan lebih banyak lagi masyarakat yang tak terlayani kesehatannya,\" papar mantan Danjen Kopassus ini.

Terkait hal itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena Komisi IX DPR RI mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas Covid-19 menyiapkan alat pelindung diri (APD) cadangan berkualitas untuk dokter.

Selain itu, DPR juga meminta agar para tenaga medis yang bekerja menangani Covid-19 mendapat jaminan keselamatan. \"Tetap fokus jalankan protokol kesehatan dengan disiplin dan patuh saat berkegiatan di luar rumah. Bagi yang positif, jalani isolasi mandiri atau dirawat di RS, bagi tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan lainnya, termasuk tenaga pendukung penanganan Covid-19, harus terlindungi dengan alat pelindung diri yang aman,\" jelasnya.

Seperti diketahui, 100 dokter gugur selama pandemi Covid-19. IDI  menyampaikan dukacita atas gugurnya tenaga kesehatan tersebut. IDI meminta pemerintah menjamin ketersediaan APD. IDI juga akan berkoordinasi dengan Kemenkes dan Satgas.

Wakil Ketua Umum PB IDI, Adib Khumaidi mengatakan, pergantian tenaga medis antarwilayah adalah untuk mengatasi beban kerja yang berlebihan. \"Perlu mengatur beban kerja tenaga medis. Salah satu solusinya melakukan substitusi,\" kata Adib di Jakarta, Rabu (2/9).

Pergantian tersebut bisa juga dilakukan dengan pengalihan tugas kepada para relawan yang kompeten di bidang kesehatan. \"Ini yang perlu dilakukan di setiap wilayah,\" imbuhnya.

Untuk melaksanakan pergantian tersebut, bisa dilakukan dengan mengatur pola untuk tenaga kesehatan dari beberapa unit terkait. Cara kedua membuat klasterisasi rumah sakit khusus Covid-19 dengan sumber daya yang dimaksimalkan di titik tersebut.

Terakhir, perlu disiapkan tenaga tambahan. Misalnya dokter umum atau perawat yang dilatih khusus untuk penanganan Covid-19. Namun, sebelum dilakukan tahapan pergantian, perlu dilakukan pemetaan sumber daya manusia atau tenaga medis yang ada.

\"Misalnya menghitung berapa jumlah dokter spesialis penyakit dalam, dokter paru, dan dokter umum. Termasuk ketersediaan kapasitas tempat tidur hingga peralatan yang ada di rumah sakit,\" terangnya.

Selain itu, juga perlu menghitung eskalasi penambahan jumlah pasien di suatu wilayah. Misalnya Jakarta dengan tingkat hunian 74 persen. Pertimbangan langkah pergantian tersebut karena jumlah kematian tenaga medis yang telah mencapai 100 orang.

IDI, lanjutnya, akan melakukan analisa pola penyebaran Covid-19 pada tenaga medis. IDI akan melihat lebih jauh apa saja penyebab kematian 100 dokter di Tanah Air selain terpapar Covid-19. Hal itu bisa merujuk kepada potensi-potensi risiko di dalam pelayanan maupun komunitas. Termasuk apakah ada faktor komorbiditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: