Takjub Para Pendaki Semakin Sadar Lingkungan
Tak hanya mengaspal ataupun berlari menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer di atas sepeda. Dua komunitas pesepeda dan lari Cirebon, mencoba uji ketahanan diri dengan mendaki Gunung Ciremai lewat jalur Ipukan-Palutungan. Begini kisahnya.
APRIDISTA S RAMDHANI, Kuningan
PEKAN ini, nuansanya berbeda. Bukan lagi trek aspal yang ditempuh. Namun jalanan yang terus menanjak menuju puncak Gunung Ciremai di ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (MDPL).
10 orang dari dua komunitas olahraga yakni Cirebon Runners dan Cirebon Cycling Club (C3), menjajaki perjalanan menuju puncak gunung tertinggi di Jawa Barat.
Rute yang ditempuh dimulai dari Bumi Perkemahan Ipukan, sekitar pukul 07.00 WIB. Perjalanan kemudian ditempuh menuju Pos 1 Cigowong dan tiba sekitar pukul 08.30. Dilanjutkan ke Pos 2, dan sampai puncak pukul 12.00 WIB sekaligus salat dzuhur.
Rute terberat yang ditempuh tentu saja di Pos 7 sampai ke puncak. Karena trek merangkak dan didominasi bebatuan. Kemudian perjalanan turun pukul 13.00 sampai ke Ipukan pukul 17.00 WIB.
“Ini buat menguji diri, ada sebagian yang belum pernah naik ke puncak Ciremai,” kata salah satu peserta yang ikut mendaki, Yogi Irfandi, Minggu (6/9).
Menurutnya, kegiatan ini merupakan selingan agar tidak bosan. Dalam perjalanan, ia dan para pendaki lain cukup terkesan. “Sepanjang jalan bertegur sapa. Di rute menuju puncak cukup ramai pendaki maupun yang sekadar berkemah,” ucapnya.
Yang tidak kalah membuat takjub adalah para pecinta alam yang menunjukkan diri sebagai contoh. Mereka yang berkemah maupun mendaki, semakin menjaga lingkungan. Dalam arti, bawa sampah. Membawa trash bag sendiri agar tidak mengotori hutan dan area pendakian.
Apalagi, sekarang di masa pandemi, Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) memberlakukan pendaftaran online untuk mereka yang mendaki. Sebab, ada kuota yang diberlakukan sekaligus untuk pendataan jumlah pendaki harian.
CEO Radar Cirebon Group, Yanto S Utomo yang turut dalam pendakian juga mengapresiasi para pendaki. “Mereka benar-benar pencinta alam. Jalur pendakian sampai puncak bersih tidak ada sampah,” katanya.
Kondisi berbeda ditemui di Bumi Perkemahan Ipukan. Ditemukan sampah di mana-mana. Tentunya dari warga yang berkemah, namun sekadar rekreasi. Turis.
Sementara para pendaki justru lebih tertib. “Sampah dibawa masing-masing pendaki turun ke bawah,” tuturnya.
Disampaikan Yanto, pendakian Gunung Ciremai lewat jalur Ipukan-Palutungan cocok menjadi model mendaki gunung dengan mode pulang pergi. Walaupun tidak biasa, namun ternyata bisa dilakukan. “Perjalanan kurang lebih 10 jam, cocok untuk pendakian pulang pergi,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: