Rusia Rilis Vaksin Corona ke Publik
MOSKOW - Rusia merilis gelombang pertama vaksin virus corona (covid-19), Sputnik V buatan Gamaleya Institute dan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) ke publik Moskow.
Dilansir dari laman NDTV, Selasa (8/9), Kementerian Kesehatan Rusia menyatakan bahwa distribusi regional Sputnik V akan direncanakan dalam waktu dekat.
\"Gelombang pertama vaksin \'Gam-COVID-Vac\' (Sputnik V) untuk pencegahan infeksi virus korona, telah melewati uji kualitas di laboratorium Roszdravnadzor (regulator peralatan medis) dan sudah dirilis ke sirkulasi publik,\" kata pernyataan resmi Kemenkes Rusia.
Kemenkes Rusia sudah mendaftarkan Sputnik V pada 11 Agustus lalu untuk penggunaan publik. Pendaftaran dilakukan meski uji klinis vaksin tersebut belum sepenuhnya selesai.
Walikota Moskow Sergey Sobyanin menyatakan, harapannya pada hari Minggu bahwa mayoritas penduduk ibu kota Rusia akan divaksinasi terhadap Virus Corona dalam beberapa bulan.
Akhir pekan kemarin, sejumlah ilmuwan Rusia merilis laporan pertama mereka atas uji klinis Sputnik V di jurnal medis The Lancet. Disebutkan bahwa antibodi muncul di dalam tubuh semua relawan uji klinis Sputnik V, tanpa ada efek samping yang serius.
Rusia menjadi negara pertama di dunia yang mendaftarkan vaksin Virus Corona COVID-19 buatannya. Presiden Rusia Vladimir Putin berharap vaksin itu dapat segera diproduksi massal.
\"Sejauh yang saya tahu, pagi ini, untuk pertama kalinya di dunia, sebuah vaksin Virus Corona baru telah didaftarkan,\" ujar Putin dalam pertemuan online bersama jajaran pemerintahannya.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko pada pertemuan tersebut mengonfirmasi vaksin yang dikeluarkan di Rusia itu merupakan yang pertama di dunia, sementara negara lain masih mengembangkan studi klinis vaksin COVID-19.
Murashko mengatakan, vaksin baru tersebut setelah melewati seluruh pemeriksaan yang diperlukan, dapat membentuk kekebalan tubuh yang stabil.
Sejumlah pakar kesehatan khawatir terhadap Sputnik V, karena berdasarkan laporan di jurnal The Lancet, uji klinisnya baru dilakukan terhadap puluhan orang.
Muncul kekhawatiran mengenai kecepatan Rusia dalam mengembangkan vaksin, dengan dugaan adanya sejumlah ilmuwan yang mungkin melewati beberapa prosedur.
Dua uji klinis Sputnik V telah dilakukan antara Juni dan Juni lalu. Dalam laporan di The Lancet, masing-masing uji klinis melibatkan 38 relawan yang berada dalam kondisi sehat.
Terdapat beberapa efek samping yang dirasakan para peserta, seperti sakit kepala atau nyeri persendian. Uji klinis Sputnik V bersifat terbuka dan tidak acak, yang artinya semua relawan mengetahui mereka disuntik vaksin eksperimental. (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: