CIREBON - Di masa pandemi Covid-19 saat ini, pemasaran batik hasil karya di tempat pelatihan batik Kampung Kriyan Barat, Kota Cirebon, perlu dukungan pemerintah. Seperti dukungan dalam sarana promosi produk.
Pasalnya, batik yang dihasilkan oleh para peserta pelatihan di Kampung Batik Kriyan tersebut belum bisa dipasarkan secara luas.
Minimnya ruang sarana promosi menjadi salah satu kendalan selama ini. Sehingga untuk mendorong pemasarannya perlu adanya dukungan promosi dari Pemerintah Kota Cirebon.
Baca juga:
Setelah “Dirampok”, Pemerintah akan Suntik Rp22 Trilun ke Jiwasraya
Tiga Puskesmas di Kota Cirebon Lockdown
Antisipasi Kerumunan Warga saat Maulidan, Polres Cirebon Kota Dirikan Pos Penyekatan
\"Bukan hanya alat dan pelatihan membatik saja, Pemerintah Kota Cirebon seharusnya juga memberikan pelatihan tentang pemasarannya dan promosi. Kita memiliki harapan yang sangat tinggi, produk batik Kriyan ini dibeli bukan berdasarkan karena belas kasihan, tapi dibeli karena kualitas yang baik dan layak untuk dipakai,\" ujar Feri Sugeng Santoso, pelatih batik story di Kampung Batik Kriyan kepada radarcirebon.com, Jumat (2/10).
Feri juga menuturkan, program Kampung Batik Kriyan yang semula dicanangkan Pemkot Cirebon masih jalan di tempat.
\"Kami berharap ke depan, kampung Kriyan Barat ini tercipta menjadi Kampung Batik. Artinya di kampung Kriyan ini akan bermunculan home industri batik mulai menjual bahan bakunya, mengelola limbah batiknya. Jadi bukan hanya menjual produk batiknya saja. Selama ini tidak ada follow up dari Pemkot Cirebon setelah Kampung Kriyan Barat ini dicanangkan sebagi kampung batik Kota Cirebon,\" tuturnya.
Di tempat yang sama, Sekertaris Batik Story, Euis mengungkapkan, dirinya bersama perajin lainnya terus berinovasi dengan membuat batik bertemakan Corona dan dipasarkan melalui media sosial.
“Melalui medsos, batik motif Corona yang kami buat dibeli oleh seorang warga negara asing (WNA) Bosnia yang sedang tinggal di Indonesia, tepatnya di Bogor,” ungkap Euis. (rdh)