Ironisnya, kompleks makam petilasan itu kondisinya sangat memperhatikan. Lokasinya juga tertutup oleh rumah-rumah warga di kampung tersebut.
Bahkan, untuk menuju lokasi harus menyusuri gang sempit perumahan warga. Sebagai kompleks petilasan makam bersejarah, tampak tidak layak.
\"Kalau berdasarkan cerita dari orang tua di sini sih katanya makam-makam itu di antaranya diduga terdapat benda-benda pusaka. Pernah ada orang yang berusaha mencuri benda pusaka dengan cara membongkar makam, namun orang tersebut tidak kuat dan katanya hidupnya 7 turunan jadi miskin dan sengsara,\" kata Uci, kuncen makam, Senin (9/11).
Menurut Uci, dari ke-30 makam tersebut terdapat Pangeran Tunjung Keling. Pangeran Tunjung Keling ini merupakan panglima perang dari Gunung Jati.
\"Pangeran Tanjung Keling ini yang berhasil menumpas para perompak yang akan menyerang wilayah Gunung Jati,\" ujarnya.
Uci menuturkan, banyak warga dari luar Cirebon berziarah ke kompleks makam tersebut.
\"Masih banyak yang berziarah ke sini seperti dari Sumatera dan para keturunan kerajaan Pajajaran. Dari Cirebon juga ada yang berziarah. Hanya orang yang tahu saja keberadaan kompleks makam petilasan ini,\" tuturnya.
Uci berharap Pemerintah Kota Cirebon peduli dengan keberadaan kompleks petilasan ini. Karena sejauh ini tidak ada kepedulian dari Pemkot Cirebon.