Xi Jinping Tingkatkan Kesiapan Perang

Jumat 08-01-2021,23:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CHINA - Presiden Tiongkok, Xi Jinping, sebagai pemegang kendali atas Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), telah meminta militer untuk meningkatkan pelatihan dan kesiapan tempur. Khususnya sejak Xi menjadi panglima tertinggi pada akhir 2012. Dia selalu menekankan pentingnya pelatihan kesiapan tempur.

Laporan South China Morning Post yang berbasis di Hongkong, Xi meminta PLA untuk siap bertindak kapan saja. “PLA harus meningkatkan integrasi peralatan baru, kekuatan baru dan medan tempur baru ke dalam sistem pelatihan dan tempur,” kata laporan tersebut mengutip pernyataan Xi Jinping.

BACA JUGA:Presiden China Kirim Pesan Simpati

Pemimpin berusia 67 tahun itu membuat komentar ketika undang-undang pertahanan yang baru direvisi memperluas kekuatan angkatan bersenjata mulai berlaku pada 2021.

Dilansir dari Times Now News, Rabu (6/1), pada 26 Desember 2020, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional ke-13 menandatangani revisi Undang-Undang Pertahanan Nasional, yang mulai berlaku mulai 1 Januari 2021. Xi, yang juga mengepalai Partai Komunis China (PKC) selain Komisi Militer Pusat (CMC), menekankan pada pelatihan dan latihan untuk operasi gabungan militer.

“Militer harus melatih perwira dan tentaranya dalam skenario pertempuran yang realistis, lebih memperhatikan penelitian tentang perang dan operasi militer, meningkatkan intensitas latihan, melakukan lebih banyak latihan tanggap darurat, dan tetap waspada tinggi untuk memastikan pasukan selalu siap. untuk setiap kemungkinan keterlibatan militer,” ungkapnya baru-baru ini.

Konflik baru datang pada saat India dan Tiongkok terlibat dalam kebuntuan selama berbulan-bulan yang rumit dalam perebutan wilayah Ladakh bagian timur. Kedua negara telah mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC).

Hubungan antara New Delhi dan Beijing berkobar setelah bentrokan Galwan dan Angkatan Darat India kehilangan 20 tentaranya. PLA Tiongkok dilaporkan telah kehilangan 30-40 anak buahnya, tetapi Beijing belum mengeluarkan komentar resmi sejauh ini.

Dalam upaya untuk mengakhiri kebuntuan dan meredakan ketegangan di perbatasan, kedua negara telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tingkat militer dan diplomasi dalam beberapa bulan terakhir. Namun, gagal mencapai terobosan besar. (jpc)

Tags :
Kategori :

Terkait