CIREBON – Isu ada pelantikan Prof Dr H Maksum Muhtar MA menjadi Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon oleh Kementerian Agama di Jakarta disambut aksi demonstrasi mahasiswa di kampus IAIN Syekh Nurjati, kemarin (22/10). Aksi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Mahasiswa Peduli Kampus (ASMPK) bahkan berakhir ricuh dan saling pukul antara keamanan kampus dan demonstran.
Aksi dimulai sekitar pukul 09.00 diawali orasi dan pembakaran ban bekas di halaman rektorat. Puas menggelar mimbar bebas dan membakar ban bekas, mahasiswa lalu bergerak mendekati pintu masuk gedung rektorat dan ingin masuk untuk bertemu pejabat di lingkungan IAIN.
Keinginan mahasiswa dihalang-halangi oleh petugas keamanan kampus yang jumlahnya hanya 2 orang. Mahasiswa lantas terlibat aksi dorong-dorongan dengan petugas keamanan.
Karena petugas hanya 2 orang, akhirnya pintu gedung rektorat berhasil dijebol oleh mahasiswa yang jumlahnya mencapai 25 orang. Pada saat pintu masuk berhasil dijebol, terjadi aksi saling pukul antara mahasiswa dan keamanan kampus.
Lagi-lagi karena kalah banyak, akhirnya keamanan kampus tidak sanggup meladeni mahasiswa yang sudah emosi. Bahkan akibat terkena pukulan dari salah seorang mahasiswa, pelipis dan mata sebelah kiri petugas keamanan kampus hingga merah.
Di saat situasi panas akibat terjadi baku hamtam, tiba-tiba dari arah luar ada mahasiswa yang melempar kaca pintu gedung rektorat hingga pecah. Bahkan tiga bagian pintu yang ada kacanya pecah. Sebuah papan pengumuman yang ada di dalam kampus juga ikut dirusak mahasiswa.
Setelah itu, mahasiswa kembali menggelar orasi di depan gedung rektorat. Pada saat mengakhiri aksinya, mahasiswa sempat menuliskan penolakan terhadap pelantikan rektor IAIN dengan cat piloks di lantai tempat parkir kendaraan rektor IAIN.
Aksi mahasiswa tidak berhenti di sini. Belum sempat keluar dari halaman kampus, seorang pejabat di lingkungan IAIN yakni Dr Ilman Nafia tidak terima dengan aksi anarkis yang dilakukan mahasiswa.
Sambil berlari, Ilman mencari mahasiswa yang telah memukul petugas keamanan kampus. Saat berlari itulah dia menuding bahwa aksi mahasiswa adalah ulah dari Adang dan Cecep. (Apakah yang dimaksud Prof Dr Adang Jumhur Salikin dan Prof Dr Cecep Sumarna?, red).
Tiba di depan pintu keluar kampus, sempat terjadi keributan antara mahasiswa dengan Ilman. Hal ini disebabkan ada keinginan dari Ilman untuk membawa mahasiswa yang memukul petugas keamanan kampus.
Namun aksi tersebut ditolak sejumlah mahasiswa yang ikut demo maupun mahasiswa yang sejak awal memantau aksi demo. Akibat saling tarik tersebut, sempat terjadi aksi dorong antara mahasiswa pendukung demo dan mahasiswa pendukung pihak kampus.
Untungnya keributan tidak berlangsung lama karena segera diamankan oleh petugas kepolisian dari sektor Utara Barat (Utbar) yang sejak awal memantau aksi demo mahasiswa. Setelah dipisah oleh aparat kepolisian, masing-masing pihak membubarkan diri.
Menurut Korlap Demo, Agus Saeful Anwar, aksi demo tersebut dilakukan karena ada tindakan tidak demokratis dalam proses pelantikan dan penetapan rektor IAIN. Sebab, pejabat yang akan dilantik adalah orang yang tidak mendapatkan rekomendasi dari guru besar IAIN Syekh Nurjati.
“Kami tidak menolak siapapun rektor yang akan dilantik untuk memimpin IAIN Syekh Nurjati. Namun yang kami tolak adalah cara-cara yang tidak demokratis dalam pemilihan rektor yang dilakukan oleh Kementerian Agama,” kata dia kepada Radar, kemarin (22/10).
Dalam kesempatan itu dia menyatakan telah ada 8 orang yang diusulkan untuk menjadi rektor IAIN Syekh Nurjati yakni Prof Dr H Adang Jumhur Salikin MAg, Prof Dr H Aziz Fachrurozi MA, Dr Ilman Nafia MAg, Prof Dr HM Imron Abdullah MAg, Prof Dr Jamali Sahrodi MAg, Prof Dr H Maksum MA, Prof Dr H Matsna MA, dan Prof Dr Wahidin MPd.
Dari ke-8 calon rektor tersebut, ada satu orang yakni Prof Dr H Adang Jumhur Salikin MAg yang mendapatkan rekomendasi dari 7 guru besar IAIN Syekh Nurjati yakni Prof Dr H Salim Bajri, Prof Dr H Abdullah Ali MA, Prof Dr Khaerul Wahidin MAg, Prof Dr Abdus Salam Dz MM, Prof Dr H Abdul Latif MPd, Prof Dr H Syuaeb Kurdi MPd, dan Prof Dr H Cecep Sumarna MAg yang ditandai dengan tanda tangan di atas materi.
“Tetapi ternyata Kementrian Agama lebih memilih calon lain yang tidak mendapatkan rekomendasi dari guru besar IAIN Syekh Nurjati. Meski belum tentu yang mendapatkan rekomendasi dari guru besar itu menjadi rektor, tetapi calon yang direkomendasikan sedang diverifikasi untuk dipilih menjadi rektor. Tetapi kenapa tiba-tiba kementerian agama melantik orang yang bukan hasil rekomendasi dari guru besar?,” paparnya.
Lebih lanjut, Agus mengungkapan kebijakan dari Kementerian Agama yang melantik rektor dari bukan hasil rekomendasi guru besar telah menciderai demokrasi. Bila Kementerian Agama pusat melantik pejabat yang tidak direkomendasikan oleh guru besar untuk menjadi rektor, lalu buat apa guru besar dilantik?
“Orang yang tidak mendapat rekomendasi dari guru besar tidak berhak menjadi rektor IAIN Syekh Nurjati. Sehingga kami meminta agar proses pelantikan rektor dibatalkan dan kembali kepada mekanisme yang benar,” ujar dia.
PELANTIKAN DIBATALKAN
Sementara itu, berdasarkan informasi terakhir yang diterima Koran ini menyebutkan bahwa di Jakarta tidak ada pelantikan Prof Dr H Maksum Muhtar MA sebagai rektor terpilih IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Menurut salahseorang kandidat rektor yang saat ini menduduki jabatan Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr H Adang Djumhur Salikin MAg, pelantikan rektor tersebut tidak dilakukan pada hari kemarin (Jumat).
”Menurut informasi yang saya terima dari salahseorang dosen yang ikut ke Jakarta yakni Prof H Cecep Sumarna MAg,pelantikan rektor tersebut tidak jadi. Hanya menurut kabar bahwa Prof Maksum diangkat menjadi Pgs rektor menggantikan Prof Matsna. Jadi nanti hari Senin mau ada serahterima jabatan antar Pgs,” jelas Adang via ponselnya, tadi malam.
Ketika Radar akan mengkonfirmasikan hal itu kepada Prof Dr H Cecep Sumarna MAg, ponselnya tidak aktif. (mam)