PURWOKERTO – Pandemi Covid-19 yang berlangsung nyaris 1 tahun lamanya di Banyumas dengan pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah sedikit banyak berpengaruh pada kenaikan kasus DBD selama 2020 di Banyumas.
Operator fogging Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Banyumas, Slamet Rijadi mengatakan total kasus DBD selama 2020 sebanyak 378 orang. Angka ini naik hampir 2 kali lipat dibandingkan kasus selama 2019 dengan hanya 202 kasus.
Di tahun 2018, jumlah kasus DBD bahkan tidak mencapai 100 kasus dalam 1 tahun. “Pengaruh pandemi Covid-19, kegiatan Pemberantasan Sarang Nayamuk (PSN) menjadi kurang,” kata dia ketika ditemui Radarmas, Selasa (2/3).
Menekan angka kasus DBD di Banyumas, Dinkes Banyumas mendapat alokasi fogging untuk 60 fokus. Untuk 1 tahun, tentu 60 fokus kurang dan hanya cukup sampai pertengahan Juni atau Juli.
Selama 2020, jumlah pasien DBD yang meninggal dunia sebanyak 12 orang. Sementara di Januari dan Februari 2021 kematian pasien DBD baru 1 orang dari Kedungrandu, Patikraja.
“Yang sudah terdaftar untuk difogging 27 fokus. Yang sudah terpakai 19 fokus,” terang dia seperti dikutip dari Radar Banyumas (Fajar Indonesia Network Grup).
Dilanjutkannya puncak kasus DBD di 2020 terjadi di bulan Juni sebanyak 67 orang. “Januari dan Februari tahun 2021 ini total kasus DBD 36 orang,” pungkas Slamet. (yda)