BANK INDONESIA (BI) melaporkan hasil survei yang dilakukan terhadap permintaan dan penawaran pembiayaan perbankan sepanjang Februari 2021. BI berpendapat, permintaan pembiayaan relatif stabil di periode tersebut.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengungkapkan, pembiayaan stabil itu terlihat dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 26,5 persen, relatif stabil dari SBT bulan sebelumya sebesar 27,1 persen.
Erwin menjelaskan beberapa sektor terlihat menunjukkan peningkatan pembiayaan. Yang terbesar yaitu sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pembiayaan yang didapatkan itu mayoritas digunakan untuk mendukung aktivitas operasional, pemulihan permintaan domestik pasca penerapan new normal, dan pembayaran kewajiban jatuh tempo.
Sementara itu, penambahan pembiayaan yang dilakukan oleh rumah tangga pada 3 bulan ke depan diperkirakan masih terbatas. Pengajuan pembiayaan oleh rumah tangga tersebut terutama diperoleh dari bank umum, dengan jenis pembiayaan yang diajukan mayoritas berupa kredit multi guna (KMG).
Dari sisi penawaran perbankan, penyaluran kredit baru diprakirakan tumbuh positif untuk keseluruhan triwulan I/2021. Hal tersebut terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru sebesar 59,4 persen.
“Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan secara triwulanan diperkirakan terjadi pada seluruh kategori bank dan seluruh jenis kredit,” ulas Erwin dalam keterangan tertulisnya. Jumat (19/3).
Sementara itu BI juga mencatat jumlah transaksi pembayaran secara cashless (menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit) pada Februari 2021 lalu mengalami penurunan. Tercatat jumlah transaksinya hanya mencapai Rp579,6 triliun atau mengalami kontraksi 4,93 persen (yoy).
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, penurunan transaksi cashless itu marak karena masih terbatasnya mobilitas dan lemahnya permintaan domestik akibat pandemi Covid-19.
Namun demikian meski permintaan terkontraksi, transaksi dengan teknologi digital terus tumbuh tinggi. Hal ini menurut Perry sejalan dengan meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring, meluasnya pembayaran digital dan akselerasi digital banking. Tercatat lertumbuhan tersebut tercermin dari nilai transaksi uang elektronik sebesar Rp19,2 triliun atau tumbuh 26,42 persen (yoy).
“Volume transaksi digital banking juga terus meningkat, pada Februari 2021 tumbuh 36,41 persen (yoy) mencapai 464,8 juta transaksi dan nilai transaksi digital banking yang tumbuh 22,94 persen (yoy) mencapai Rp2.547,5 triliun,” kata Perry. (git/fin)