BADAN Pusat Statistik (BPS) mengumumkan besaran inflasi bulan Maret 2021 adalah 0,08 persen(month to month/MTM), atau secara tahunan atau year on year (yoy), sebesar 1,37 persen. Kemudian inflasi tahun kalender atau year to date sebesar 0,44 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menjelaskan, secara umum inflasi yang terjadi pada bulan Maret 2021 lebih didorong oleh adanya kenaikan harga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau yang terjadi inflasi sebesar 0,40 persen. Adapun andilnya terhadap inflasi mencapai 0,10 persen.
Kemudian yang memberikan andil terhadap deflasi yaitu kelompok pengeluaran perawatan pribadi, informasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok transportasi.
“Yang memberikan andil inflasi yaitu cabai rawit 0,04 persen andilnya, kemudian bawang merah, daging ayam ras, ikan diawetkan dan asisten rumah tangga,” ujar Setianto dalam konferensi pers hari ini, Kamis (1/4).
Setianto mengatakan, tingkat inflasi ini terus mengalami penurunan jika dibandingkan pada Januari dan Februari 2021. Tercatat pada Januari 2021 tingkat inflasinya sebesar 0,26 persen dan Februari 2021 sebesar 0,10 persen (mtm). Secara tahunan besaran inflasi juga terus menyusut sejak Januari yang mencapai 1,55 persen dan Februari 2021 sebesar 1,37 persen.
“Secara bulanan memang (inflasi) mengalami penurunan sejak Januari ke Maret. Begitu juga secara year on year juga alami penurunan inflasi meski tipis,” ungkapnya.
Dia menambahkan dari 90 kota IHK yang dipantau terdapat 58 kota mengalami inflasi dan 32 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,07 persen dan terendah terjadi di Tangerang dan Banjarmasin masing-masing sebesar 0,01 persen. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar -0,99 persen serta terendah terjadi Palopo sebesar -0,01 persen. (git/fin)