KONTRIBUSI Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih rendah. Tercatat, dengan jumlah UMKM sebesar 99,9 persen, kontribusi terhadap PDB nasional hanya 60 persen saja. Hal itu disebabkan masih rendahnya produktifitas dan daya saing UMKM di Indonesia, karena pelaku usaha mikro masih menjalankan kegiatan usahanya secara perorangan
Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dalam keterangan resminya, Jumat (2/4). Menurut Teten, kondisi tersebut bisa diatasi dengan cara pendekatan model bisnis UMKM berbasis Koperasi.
“Untuk itu, koperasi bisa menjadi model bisnis di Indonesia dengan berbasis UMKM,” ujar Teten.
Teten mencontohkan sektor pangan (kedelai, beras, jagung, dan sebagainya) yang masih impor. “Produktifitas petani kita rendah karena usaha perorangan tidak bisa masuk skala ekonomi,” jelas Teten.
Menurut Teten, mayoritas petani kita memiliki lahan yang sempit, sehingga tercipta keterbatasan dalam hal kualitas dan suplai produk. “Lagi-lagi, dalam kondisi seperti itu, koperasi bisa mengkonsolidasi petani-petani berlahan sempit tersebut,” kata dia.
Maka, lanjut Teten, koperasi bisa mengkonsolidasi usaha-usaha kecil tersebut menjadi skala ekonomi. “Kami sudah memiliki kajian terhadap produk buah pisang yang memiliki pangsa pasar bagus di luar negeri. Dimana untuk masuk skala ekonomi, harus berlahan paling sedikit 400 hektar,” tuturnya.
Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng Offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. “Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya. Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap Offtaker. Ini model bisnis yang sedang kita bangun,” jelasnya.
Teten juga merujuk warung-warung milik rakyat takkan bisa melawan jaringan ritel moderen. Usahanya pun tidak akan berkembang. “Koperasi bisa mengkonsolidasi warung-warung tersebut dengan membangun semacam pusat distribusi,” ucapnya.
Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya. “Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah. Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi,” pungkasnya. (git/fin)