Pahlawan Mochtar

Selasa 08-06-2021,08:15 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Sarwono adalah politikus besar: Sekjen Golkar yang sangat legendaris. Golkar, tetapi kritis. Kritis, tetapi Golkar.

Menurut Sarwono, ibundanya adalah keluarga pesantren Balerante di Cirebon.

\"Beliau orang pesantren pertama yang disekolahkan di sekolah Belanda,\" ujar Sarwono.

Sang ibu lantas menjadi guru SD di Sekolah Kartini.

Sedang ayahnya adalah pegawai di pemerintahan Belanda.

\"Ayah saya dari kalangan klein ambtenaar, tetapi profesi beliau asisten apoteker,\" ujar Sarwono.

Sejak kecil Mochtar sudah terlihat pintar dan cerdas. \"Kakak saya itu tergolong jenius,\" ujar Sarwono mengutip pendapat banyak orang di sekitarnya.

Kejeniusan itulah yang membuat ayah dan ibunya berbeda pendapat.

\"Ibu saya minta agar Mochtar dibiayai untuk sekolah di luar negeri. Ayah saya tidak setuju. Menurut ayah, yang perlu dibantu adalah keluarga lain yang tidak mampu,\" ujar Sarwono.

\"Mochtar itu dibiarkan saja bisa jadi dengan sendirinya,\" ujar sang ayah seperti ditirukan Sarwono.

Akhirnya Mochtar tidak diberi uang. Ia pilih sendiri untuk sekolah di UI. Lalu ke Amerika Serikat.

Memilih sekolah ke Amerika itu pun sudah menunjukkan \'\'keanehan\'\' tersendiri. Pada zaman itu semua anak muda ingin sekolah ke Belanda. Apalagi untuk ilmu hukum. Mereka pasti memilih ke Leiden.

\"Kakak saya juga punya bakat bisnis,\" ujar Sarwono.

Ketika kuliah di UI, pamannya yang di Cirebon sering membawa makanan khas daerah. Mochtar-lah yang mengedarkan makanan itu ke warung-warung.

\"Saya kebagian pekerjaan bungkus-bungkus,\" ujar Sarwono lantas tertawa.

Sarwono sendiri kini berumur 77 tahun. Bicaranya masih tangkas.

Tags :
Kategori :

Terkait