\"Pak Sarwono terlihat sehat sekali,\" kata saya mendengar nada bicaranya yang tetap tangkas.
\"Saya ini OTG,\" jawabnya.
Saya sempat terpancing oleh singkatan itu.
\"Saya juga OTG. Januari lalu,\" kata saya.
Ternyata OTG yang ia maksud berbeda dengan OTG yang ada di pikiran saya.
\"Saya itu Orang Tua Gembira,\" tukasnya.
Kami pun tertawa.
Berbeda dengan masa kecil Mochtar, Sarwono kecil dianggap sebagai anak kurang normal.
\"Dokter mengatakan saya punya kelemahan syaraf motorik. Jangan terlalu banyak diharap,\" ujar Sarwono mengenang masa kecilnya.
Dari gaya jalan kakinya saja sudah terlihat kelihatan tidak normal.
\"Banyak yang mengkhawatirkan saya,\" katanya.
Terutama kalau lagi jalan kaki berangkat sekolah.
\"Tidak ada yang takut saya akan ditabrak mobil, justru saya yang dikhawatirkan akan menabrak mobil,\" ujarnya.
Namun, pamannya melihat lain. Sarwono kecil itu dinilai punya banyak kelebihan. Hanya saja belum tahu di bidang apa kelebihan itu.
Maka ketika sang paman bertugas sebagai duta besar di Yugoslavia, Sarwono dibawa ke Eropa. Di umurnya yang 13 tahun.
Bahkan sang paman kemudian menyekolahkan Sarwono ke Inggris.