JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) secara daring di Jakarta pada Kamis (22/07) lalu.
Pada RUPSLB tersebut telah didapatkan persetujuan aksi korporasi right issue yang akan dilakukan BRI dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Dikutip dari pengumuman ringkasan RUPSLB BRI, setidaknya 104,22 miliar suara atau mewakili 95,98% dari seluruh saham dengan hak suara sah dan hadir dalam e-rups telah menyetujui terkait dengan rencana perseroan menerbitkan saham baru dalam rangka PMHMETD untuk jumlah sebanyak-banyaknya 28.677.086.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp50,00 (lima puluh rupiah) per lembar saham.
Adapun penetapan harga pelaksanaan akan disampaikan kemudian, karena masih ada serangkaian proses yang harus dijalankan, seperti proses registrasi ke OJK pasar modal dan akan disampaikan dalam publikasi prospektus secara resmi kemudian.
Dalam penetapan pricing harga pelaksanaan rights issue, BRI melihat sejumlah faktor seperti kondisi makro dan industri, fluktuasi harga saham perseroan, dan masukan pemegang saham.
Dana hasil dari aksi korporasi ini akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding Ultra Mikro yang dilakukan melalui penyertaan saham BRI dalam Pegadaian dan PNM, sebagai hasil dari inbreng Pemerintah. Selebihnya akan digunakan sebagai modal kerja BRI dalam rangka pengembangan ekosistem Ultra Mikro, serta bisnis Mikro dan Kecil.
Hal tersebut merupakan satu langkah besar BRI untuk terus mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan baru yang selaras dengan aspirasi untuk menjadi Champion of Financial Inclusion. Rencana ini selaras dengan visi Pemerintah dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 yaitu untuk mendorong inklusi keuangan.
Oleh karenanya, Pemerintah bermaksud membentuk Holding Ultra Mikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian dan PNM. Dalam hal ini BRI akan ditunjuk sebagai induk Holding.
Aksi korporasi ini nantinya akan berdampak kepada laporan keuangan konsolidasian BRI pada tanggal 31 Maret 2021, diantaranya total aset BRI meningkat dari Rp1.411 triliun menjadi Rp1.515 triliun, total liabilitas BRI meningkat dari Rp1.216 triliun menjadi Rp1.289 triliun; dan laba bersih BRI meningkat dari Rp7 triliun menjadi Rp8 triliun.
Pada press conference RUPSLB BRI Kamis (22/07) lalu, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa segmen ultra mikro telah diidentifikasi sebagai sumber pertumbuhan baru melalui pembentukan ekosistem Ultra Mikro.
Ekosistem ini akan menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi bagi para pengusaha segmen ultra mikro sehingga memungkinkan mekanisme naik kelas ke nasabah mikro lebih tertata dengan baik.
Sunarso menambahkan bahwa Holding Ultra Mikro ini tidak saja memberikan manfaat bagi BRI, Pegadaian dan PNM namun juga bagi pelaku usaha Ultra Mikro dan perekonomian nasional.
“PNM akan berperan di fase Empowerment. Pinjaman kelompok yang disalurkan PNM selain bernilai sebagai pembiayaan, juga berfungsi dalam pemberian asistensi dan peningkatan kapabilitas. Kemudian, di fase Integration, BRI dan Pegadaian dapat membantu pelaku usaha di segmen tersebut dengan berbagai produk gadai maupun KUR,” jelasnya.
“Selanjutnya, pada tahap terakhir adalah pada fase Upgrade, Holding Ultra Mikro memungkinkan pelaku usaha Ultra Mikro naik kelas menjadi nasabah Mikro BRI yang berbasis komersial. Proses dimaksud akan terjadi dalam satu ekosistem sehingga lebih efektif dan efisien”, tambah Sunarso. (ttr/rls/adv)