Milangkala 108, Begini Sejarah Paguyuban Pasundan, Salah Satu Organisasi Tertua yang Masih Eksis

Minggu 25-07-2021,11:00 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Ngaronjatkeun Kolaborasi dina Raraga Mulangkeun deui Kajayaan Paguyuban Pasundan, menjadi tema yang dipilih di Milangkala 108 Paguyuban Pasundan. Organisasi ini memiliki sejarah panjang.

PAGOEJOEBAN Pasoendan sudah berdiri sejak 20 Juli 1913. Salah satu organisasi tertua yang masih eksis hingga saat ini.

Selama keberadaannya, Paguyuban Pasundan telah berkiprah di bidang pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi, kepemudaan hingga pemberdayaan perempuan.

Paguyuban ini berupaya untuk melestarikan budaya Sunda dengan melibatkan bukan hanya orang Sunda tetapi semua yang mempupunyai kepedulian terhadap budaya Sunda.

Kelahiran Paguyuban Pasundan dipengaruhi oleh pendirian Budi Utomo pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908, yang dianggap sebagai tonggak awal kebangkitan bangsa Indonesia menggapai kemerdekaan.

Pada awalnya, cukup banyak orang Sunda yang bergabung. Cabang-cabang Budi Utomo juga banyak bermunculan di Jawa Barat, seperti di Bandung dan Bogor.

Pengurus Cabang Paguyuban Pasundan Kota Cirebon mengikuti Milangkala 108 Paguyuban Pasundan.

Atas inisiatif siswa-siswa Sunda di STOVIA (School Tot Opleiding voor Indlandsche Artsen) – sekolah kedokteran zaman Belanda di Batavia (Jakarta), diupayakan pembuatan organisasi untuk orang-orang Sunda.

2

Selanjutnya, para siswa yang berusia sekitar 22 tahun itu, berkunjung ke rumah Daeng Kanduruan Ardiwinata, yang saat itu sudah dianggap sebagai sesepuh orang Sunda.

Dalam kunjungan tersebut, dinyatakan maksud pendirian perkumpulan orang Sunda sekaligus meminta DK Ardiwinata untuk menjadi ketua organisasi.

Setelah DK Ardiwinata menyanggupi, maka di rumahnya di Gang Paseban, Salemba, Jakarta, pada hari Minggu tanggal 20 Juli 1913 diadakan rapat untuk pendirian perkumpulan.

Berita berlanjut di halaman berikutnya...

Baca juga:

Tags :
Kategori :

Terkait