JAKARTA - Tanda tanda vital bumi semakin melemah akhir-akhir ini. Padahal, planet ini adalah satu-satunya tempat bernaung manusia juga mahluk lainnya. Apa yang terjadi?
Tanda vital yang melemah itu, beberapa studi menyebut, penyebabnya adalah ulah manusia. Ilmuwan khawatir sebagian kerusakan Bumi sudah dekat pada titik yang tidak dapat diperbaiki.
Dilansir dari AFP, Kamis (28/7/2021), sebanyak 14 ribu ilmuwan mendeklarasikan darurat iklim global dan menyatakan bahwa pemerintah secara terus-menerus gagal untuk mencari solusi dari masalah perubahan iklim, yakni eksploitasi yang berlebihan terhadap Bumi.
Dari berbagai tanda vital kesehatan Bumi termasuk faktor emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser sampai deforestasi hutan, sebanyak 18 di antaranya menembus rekor tertinggi atau terendah. Contoh, walau sempat ada penurunan polusi karena pandemi, level CO2 dan metana ternyata tetap mengukir rekor tertinggi di 2021.
Kemudian massa es Greenland dan Antartika belakangan mencapai titik terendah. Belum lagi gletser mencair 31% lebih cepat dibandingkan 15 tahun yang lalu.
Di sisi lain, pemanasan lautan dan level air laut juga meningkat sejak 2019. Deforestasi hutan Amazon mencapai rekor terbesar pada tahun 2020. Akibatnya buruk, Amazon pada saat ini merupakan sumber karbon ketimbang menyerap gas berbahaya dari atmosfer.
\"Kita perlu merespons pada bukti-bukti ini, bahwa kita memasuki titik iklim yang tidak dapat diperbaiki sehingga perlu ada aksi urgen untuk menekan karbon ekonomi global dan mulai memperbaiki alam Bumi ketimbang merusaknya,\" sebut Tim Lenton, direktur University of Exeter\'s Global Systems Institute dan salah satu penulis studi ini. (yud)
Baca juga:
- Saat Azrul Ananda Diminta TK, Helmy Yahya dan Sandiaga Uno Bikin Pre Season NBA di Indonesia
- Tinggi Lagi, Kasus Covid-19 Indonesia Bertambah 47.791, Sembuh 43.856