POLISI masih mendalami penyebab meninggalnya Haryani (51) di kawasan lokalisasi Padanggalak, Denpasar Timur, Bali. Jenazah perempuan kelahiran 1 Januari 1970 itu ditemukan pada Rabu (4/8) sekitar pukul 09.30 WITA. Saat ditemukan, mulut dan hidung Haryanti mengeluarkan darah.
Dari hasil keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian, terungkap jika sekitar 15 menit sebelum ditemukan tewas, korban sempat melayani pria bule. Kasubag Humas Polresta Denpasar, Iptu Sukadi mengatakan, dari keterangan saksi, korban sekarat usai melayani bule pelanggannya.
“Selang 15 menit kemudian, korban muntah darah dan meninggal,” terang Iptu Sukadi, Rabu (4/8) sore.
Berdasarkan dari hasil identifikasi pihak kepolisian dari Polresta Denpasar tidak ditemukan adanya tanda bekas kekerasan pada tubuh korban. “Nihil dan tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban. Sehingga untuk memastikan penyebab kematiannya kita masih menunggu pemeriksaan dari dokter forensik,” imbuh Iptu Sukadi.
Pengakuan Saksi
Seorang saksi bernama Tiwi Dwi Ratnawati (25) mengaku sempat melihat pria bule membonceng Haryani.
Pria bule datang ke TKP bersama Haryani. Haryani kemudian masuk ke dalam kamar bersama pria bule tersebut.
Setelah berkencan di dalam kamar, Ratnawati melihat pria bule keluar dari kamar seorang diri.
Menurut Ratnawati, pria bule yang fasih dan lancar berbahasa Indonesia, itu pergi mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Mio warna merah hat.
”Perawakannya sedang, rambut pirang lurus dan tinggi badan kurang lebih 180 cm. Bule itu memang langganannya. Ngak begitu tua juga sih orangnya,” tuturnya.
Sementara itu, saksi lain yang juga pengelola lokalisasi Padanggalak, Suhami alias Bu Nur (40) mengaku sempat mendengar korban teriak minta tolong.
Suhami juga sempat melihat korban dan bule terduga pelaku sempat bersitegang.
Hanya saja Suhami tak mengetahui penyebab keributan antara korban dengan pria bule.
Suhami menduga korban dan terduga pelaku ribut gara-gara bayaran.
“Setahu saya, dia masuk ke kamar bersama seorang WNA yang merupakan tamu langganan. Ya, tamunya orang Bule. Saya dengar hanya ini (korban bilang) bukan 200, tapi 300,” kata Suhami. (dre/pra/radarbali)