CIREBON - Pembacaan Babad Cirebon yang biasa dilakukan pada tahun baru Islam, sekaligus Hari Jadi Cirebon berlangsung sederhana di Bangsal Witana, Keraton Kanoman.
Pembacaan Babad Cirebon atau sejarah berdirinya Cirebon dilakukan di Bangsal Witana. Yang merupakan bangunan pertama di wilayah Kota Wali.
Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina ST MHum mengatakan, pembacaan Babad tahun ini memang masih dilakukan secara terbatas, sehubungan pandemi covid-19.
Dengan hanya melibatkan keluarga saja tanpa adanya undangan dan pelaksanaan Kirab Agung Kereta Paksi Naga Liman ditiadakan.
Acara ini juga sekaligus berdoa untuk keselamatan umat manusia seluruh dunia khususnya Indonesia agar segera pulih dari keterpurukan pandemi Covid-19 dan keadaan kembali berjalan normal tanpa ada kekurangan suatu apapun.
Pembacaan Babad dimulai dengan melakukan doa tawasul kepada leluhur di Bangsal Witana sekitar pukul 16.00 WIB.
Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan prosesi Pembacaan Babad dengan didahului pembukaan, sambutan yang mulia Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin dan sambutan dari perwakilan pemerintah lalu diakhiri dengan doa penutup.
Berdasarkan Babad yang dibacakan, perjalanan sejarah Cirebon menjadi titik inti berdirinya Cirebon sebagai daerah yang kaya
akan sejarah dan budayanya.
Pada awalnya, sekitar awal abad 15 Cirebon masih bagian dari Kerajaan Pakuwan Pajajaran yang dikuasai oleh Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Prabu Guru Dewata Prana atau yang lazim disebut dengan Prabu Siliwangi.
Pada tahun 1440 M / 1362 Saka, di wilayah selatan pesisir Cirebon yang sekarang disebut Kelurahan Lemahwungkuk, terdapat seorang Pertapa bernama Ki Danusela dengan istrinya Nyai Arum Sari, Ratna Riris (anaknya) dan sesepuh wilayah tersebut
yang bernama Ki Sarnawi.
Berita berlanjut di halaman berikutnya...
Baca juga:
- Mall Kota Cirebon Boleh Buka, Pengelola-Pengunjung Harus Sudah Divaksin
- Pengumuman: Ganjil Genap Mulai 16 Agustus, Jumat-Sabtu Uji Coba