JAKARTA - Ekonom Faisal Basri membuka bukti bahwa utang era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Disebutkan Faisal, utang di era Jokowi sudah tiga kali lipat dibandingkan SBY. Menurutnya, kenaikan utang tersebut merupakan angka luar biasa bila dibandingkan dengan posisi utang pada akhir masa Presiden SBY-Jusuf Kalla (JK).
“Ini berarti kenaikan luar biasa dibandingkan pada akhir pemerintahan SBY-JK sebesar Rp 2,61 kuadriliun atau kenaikan lebih dari tiga kali lipat,” kata Faisal dikutip dalam blog pribadinya, Kamis (19/8/2021).
Ia mengatakan, naiknya utang pemerintah dikarenak pengeluaran yang lebih cepat daripada penerimaan perpajakan selama sembilan tahun terakhir ini.
“Kenaikan penerimaan dari perpajakan berjalan lebih lambat ketimbang pertumbuhan ekonomi,” terangnya.
“Salah satu penyebabnya adalah adanya obral fasilitas pajak demi menggenjot investasi,” sambung Faisal.
Selain itu, pemerintah juga tidak berupaya menurunkan incremental capital-output ratio atau rasio modal-output tambahan yang pada era Jokowi 50 persen lebih tinggi dari era Orde Baru.
“Di saat yang sama, pemerintah dinilai tidak bisa menjaga stabilitas. Hal itu tampak dari penurunan indeks demokrasi,” tuturnya.
“Ini utang negara juga bisa semakin bertambah jika pertumbuhan ekonomi 2021 dan 2022 tak mencapai target,” pungkas Faisal.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5 persen – 5,5 persen pada tahun 2022 meski masih dibayangi ketidakpastian akibat pandemi COVID-19.
Berita berlanjut di halaman berikutnya...
Baca juga:
- Polemik Keraton Kasepuhan, Jokowi, Ridwan Kamil hingga Walikota Cirebon Diminta Turun Tangan
- Bengep! Begini Penampakan Ryan Jombang Usai Dipukul Habib Bahar