Misalnya, dari para pengambil keputusan bisnis perbankan ritel Indonesia yang diwawancarai;
● 68 persen mengatakan mencegah eksploitasi nasabah yang rentan dan lebih tua adalah aspek penting dari aplikasi kesehatan keuangan;
● 66 persen percaya bahwa mengidentifikasi risiko kerentanan dan kesulitan keuangan pada nasabah mereka adalah penting;
● 76 persen ingin mendorong nasabah untuk membangun kebiasaan finansial yang lebih baik untuk masa depan yang sukses.
Teknologi Usang dan Sekat-Sekat Organisasi Menjadi Penghalang
Keberhasilan di era engagement banking bukan berarti tanpa tantangan bagi sektor perbankan. Studi baru menemukan bahwa 66 persen pengambil keputusan pada perbankan ritel merasa bahwa teknologi yang ketinggalan zaman adalah penghalang terbesar untuk melaksanakan transformasi. Sekat-sekat organisasi dan prioritas yang bersaing juga menjadi penghalang ketika mencoba menerapkan platform perbankan digital yang relevan terhadap masa depan.
“Bank perlu mengatasi tantangan ini secepat mungkin, karena siapa pun yang berhasil terlebih dahulu akan memiliki keunggulan kompetitif yang jelas dibandingkan yang lain,” kata Ghodosi.
Dia menambahkan, “Aspek lain yang terkadang terlupakan dalam proses ini adalah banyaknya peluang pengumpulan data yang tersedia.”
“Nasabah menunggu layanan ini. Pada akhirnya, ini adalah win-win solution bagi nasabah dan institusi, dan kami tidak sabar untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya,” pungkasnya. (fin)