GOUW Yang Giok (76) dan Gouw Yenny (71) adalah putri keturunan Tionghoa dan Keraton Kanoman Cirebon. Mereka meneruskan bisnis batik, dengan motif kolaborasi yang disebut: Batik Peranakan.
Kakak beradik ini merupakan pewaris ke-4. Lalu, bagaimana kisahnya?
Ibu Giok –sapaan Gouw Yang Giok- bercerita, awal kisah batik peranakan dimulai dari Trusmi. Sebuah daerah di Kabupaten Cirebon yang hingga saat ini masih terkenal sebagai sentra produksi batik.
Di Trusmi, buyut laki-laki Giok datang dari Tiongkok. Kemudian bertemu dan menikahi seorang perempuan, yang merupakan selir dari Keraton Kanoman.
“Selirnya (Keraton Kanoman, red) banyak. Jadi kalau ada satu yang lari juga nggak ketahuan,” kata Giok kepada Radar Cirebon, menceritakan pertemuan buyutnya yang merupakan keturunan Tionghoa dan keraton, belum lama ini.
Mereka berdua akhirnya menikah dan memilih tinggal di Trusmi. Sampai akhirnya buyut perempuan Giok, mengembangkan dan memproduksi batik.
Singkat cerita, batik kemudian diturunkan ke anaknya atau kakek dari Giok dan Yenny. Selama bertahun-tahun, batik tulis menjadi keseharian yang tidak terlepas dari kehidupan keluarga mereka.
Batik ini di ajarkan kepada anak dan cucu secara turun temurun. Seolah tidak ingin, seni dan kerajinan membatik punah begitu saja.