Kurangi Sampah dengan Maggot

Senin 04-10-2021,22:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIMAHI – Bingung cara mengelola sampah yang menggunung? Budidaya maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) bisa menjadi pilihan tepat di tengah besarnya beban biaya angkut sampah.

Cara itu pun dilakoni warga Kompleks Cipageran Asri, RT 04/18, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi yang menamakan diri Gemi alias Gerakan Ekonomi 0418. Mereka membudidayakan maggot fresh atau Hermetia illucens nama latinnya.

Ketua Gemi 0418 Arif Purnomo mengatakan, budidaya maggot bermula ketika dirinya dan warga lainnya terlibat obrolan santai di pos ronda ketika pandemi mewabah tahun 2020. Dari sanalah warga membuat kelompok yang dinamakan Gemi 0418.

“Awalnya ngobrol di pos ronda banyak dari ngobrol muncul ide buat gerakan ekonomi mandiri. Bikin gerakan kebersamaan dalam keberagaman dalam ekonomi mandiri menuju ketahanan pangan,” kata Arif.

Kelompok warga semula hanya membudidayakan lele pada Desember 2020. Ada tiga kolam lele dengan ukuran bervariasi, yang dibangun secara swadaya di sebuah bangunan tak terpakai.

Kemudian untuk menghemat pakan, warga terpikirkan untuk budidaya maggot basah. Tentunya untuk budidaya maggot membutuhkan sampah organik seperti seperti sayuran, buah, nasi, dan sampah organik lainnya. Mereka pun mengedukasi warga untuk memilah sampah hingga akhirnya terkumpul 354 Kepala Keluarga (KK).

“Jadi sampah organik masuk rumah maggot, sementara anorganik ditabung ke Bank Samici,” ujar Arif.

2

Selain itu, sampah yang disuplai ke rumah maggot milik warga dikirim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan salah satu pasar modern di Kota Cimahi. Sebab sampah yang terkumpul dari warga kurang untuk memenuhi pakan maggot.

“Jadi kita sudah bagi-bagi tugas. Ada juga pasukan yang memilah sampah juga. Sampah yang organiknya dicacah ada yang dibikin bubur untuk pakan baby maggot, kalau yang dicacah pakan maggot,” jelas Arif.

Maggot yang dibudidayakan kelompok warga itu pun diperuntukan untuk pakan lele yang sebelumnya sudah dibudidayakan. Maggot disebut memiliki protein yang cukup tinggi.

“Ternyata maggot punya protein tinggi. Maggot 45 persen proteinnya,” kata Koordinator Rumah Maggot Gemi 0418, Priambodo.

Selain untuk pakan ternak lele, maggot tersebut dijadikan warga agar memiliki nilai ekonomi. Telurnya dijual Rp10-15 ribu per kilogram, sementara BSF dijual Rp7-10 ribu per kilogram.

Ada konsumen yang sudah menjadi langganan untuk memesan maggot dari kelompok warga tersebut. Dari wilayah Bandung Raya dan Jakarta. Uang hasil penjualannya digunakan kembali untuk pengembangan budidaya maggot dan lele.

“Kita sudah jual maggot hampir 1 ton. Udah langganan. Ada dari Jakarta, Cimahi, Lembang,” terang Priambodo.

Selain bermanfaat untuk pakan lele yang dikelola warga dan memiliki nilai ekonomi, budidaya maggot yang dikembangkan warga tersebut ternyata memiliki jasa untuk mengurangi beban sampah yang dibuang dari Kota Cimahi ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.

Tags :
Kategori :

Terkait