Lahar Dingin Kepung Magelang

Selasa 09-11-2010,07:18 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAGELANG - Gunung Merapi memang masih belum berhenti bererupsi sejak 3 November lalu. Lebih dari 100 jam gunung berapi paling aktif di dunia itu meletus secara eksplosif. Namun, kemarin pagi (8/11) intensitas erupsinya mulai terlihat lebih kalem. “Kemarin (Minggu dini hari) pukul 03.00 WIB sampai dini hari tadi (Senin dini hari) pukul 02.00 WIB letusannya relatif dahsyat. Tinggi kolom asap letusan sampai 6.000 meter. Tapi, pagi tadi (kemarin) secara perlahan mulai menurun dan sekarang tingginya sekitar 2.000-an,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Dr Sukhyar. Meski begitu, bukan berarti Merapi bukan ancaman lagi. Justru, bahaya lain muncul dengan bentuk lahar dingin. Hal itu terlihat dari  tingginya intensitas banjir lahar dingin yang terjadi di wilayah Kabupaten Magelang. Bahkan, dua buah tanggul cekdam yang berada di alur Kali Putih ambrol diterjang ganasnya banjir berisi batu dan material pasir ini. Dengan ambrolnya dua cekdam ini, dikhawatirkan laju banjir lahar dingin tidak terhambat sehingga akan membahayakan permukiman warga. “Cekdam ini berfungsi sebagai penahan banjiir lahar, kalau jebol tentu sangat membahayakan permukiman warga di bantaran kali,” kata Kepala Bidang Pengarian Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumberdaya Mineral (DPU dan ESDM), Sutoyo, kemarin. Dua cekdam yang jebol ini terletak di alur kali putih. Satu di Dusun Ngepos Desa Ngepos, Kecamatan Srumbung, dan lainnya berada di Desa Jumoyo Kecamatan Salam. Keduanya nyaris tidak dapat difungsikan kembali lantaran hanya menyisakan pondasi samping saja. Menurut DPU dan ESDM, kerusakan tersebut terjadi dikarenakan ulah penambangan liar di kawasan tersebut. Mereka, kata Sutoyo melakukan eksploitasi pasir didekat cekdam sehingga merusak pondasi bangunan yang dibuat pada tahun 1970an ini. “Mereka melakukan ekploitasi besar besaran di pinggir dan mengeruk ke dalam hingga merusak pondasi,” kata Sutoyo. “Sehingga, begitu banjir lahar dingin datang, ya sudah semua akan ambrol karena tidak kuat menahan,” tambah dia. Langkah selanjutnya, kata dia, pihaknya  segera melaporkan kejadian ini kepada Balai Besar Sungai Serayu Opak selaku penanggung jawab keberadaan cekdam itu. “Kita akan lihat lebih detail nantinya. Soalnya sampai sekarang kita tidak diijinkan masuk lantaran masih berbahaya,” papar dia. Kedua cekdam itu, ambrol pada Minggu malam (7/11) saat banjir lahar dingin tejadi di bantaran Kali Putih dan Kali Senowo. Menurut keterangan warga, saat itu, banjir membawa ribuan kubik material berupa batu dan pasir. “Ada pula pohon-pohon besar yang terbawa,” kata Slamet, 34, warga Dusun Ngepos Desa Ngepos Kecamatan Srumbung. Saat kejadian, dia sedang berada di rumah. “Suaranya mengerikan Mas, saya sampai takut. Baru keesokan harinya saya lihat ternyata dam ini yang jebol,” tambah dia. Menurutnya, hampir seluruh cekdam yang ada di atasnya sudah menampung terlalu banyak material merapi. Katanya, cekdam setinggi delapan meter sudah terisi penuh dan hanya menyisakan 1, 5 meter saja. “Di atas sudah penuh. Sekarang sini malah jebol,” kata dia. Ambrolnya dua cekdam di alur Kali Putih ini membuat banjir lahar dingin yang terjadi kemarin siang (8/11) makin membesar. Bahkan, skala material yang dibawa banjir semakin bertambah banyak. Hal ini seperti yang dipantau koran ini di jembatan yang terletak di Desa Salam Kecamatan Salam. Pawiro (44) warga warga Jrakah, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, mengatakan, banjir lahar juga menghanyutkan ratusan pohon sengon milik warga. “Sampai ke ladang warga juga. Besar sekali berwarna coklat dengan batu dan pasir,” kata dia. Menurut Pawiro, kawasan Kali Bebeng selama ini tidak dialiri air sehingga dimanfaatkan warga untuk menanam salak dan ratusan pohon sengon. Namun begitu banjir lahar terjadi semua pohon tersebut hanyut. Selain itu, banjir lahar bahkan nyaris menyeret jembatan yang menghubungkan Dusun Jombong Desa Sudimoro dengan Desa Nglumut. Jembatan setinggi 2,5 meter tersebut rusak di beberapa bagian. “Arus air menggerus tiang jembatan sehingga miring. Pagar jembatan juga rusak karena air meluap hingga atas jembatan. Ketinggian air sekitar empat meter,” kata Warga Desa Sudimoro, Sobirin. Saat ini di bekas lahan tersebut terdapat timbunan pasir tebal dan bebatuan. Batu-batu tersebut sebelumnya belum ada dan diduga berasal dari puncak Gunung Merapi. “Banjir cukup besar dan berbau belerang. Ketinggian air hampir menyentuh jembatan,” kata warga Dusun Sabrangkali, Kecamatan Ngluwar, Miftahul Huda. Selain Kali Putih, banjir lahar dingin juga terjadi di Kali Pabelan yang berhulu di Kali Senowo. Ditambah lagi Kali Lamat yang saat bajir lahar pertama kali belum pernah terjadi. “Intensitas hujan di atas Gunung Merapi sangat tinggi jadi harus hati-hati,” kata Kabid Penanggulangan Bencana  Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana, Moch Damil. Meski demikian, dia mengaku tidak terlalu khawatir lantaran warga yang tinggal di bantaran kali sebagian besar sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman. “Semoga tidak terjadi apa-apa. Yang pasti warga kita upayakan tetap bertahan dulu sampai waktu benar-benar aman,” paparnya. (vie)

Tags :
Kategori :

Terkait