Komisi I Soroti Pelaksanaan Seleksi Tes Akademik

Senin 18-10-2021,14:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Seleksi akademik tahapan Pilwu, menjadi sorotan komisi I DPRD Kabupaten Cirebon. Pasalnya rentan terjadi kebocoran. Hal itu menjadi kekhawatiran para peserta seleksi.

Wakil Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Cirebon, Diah Irwany Indriyati SAP mengaku, selain kebocoran data soal, pihaknya juga menyoroti soal yang akan diujikan. Minus keagamaan.

“Jadi selain kekhawatiran kebocoran data soal, kami juga menyoroti berkaitan kriteria yang akan dijadikan soal. Kan poinnya hanya wawasan kebangsaan, wawasan kedesaan dan kepemimpinan. Tapi tidak ada soal keagamaan,” ujar Diah, kemarin.

Komisi I pun mempertanyakan, kenapa tidak dimunculkan. Selain itu juga tidak ada penilaian karakter teoritis lainnya. Semisalnya tes psikologi. Padahal, untuk melihat karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan pertanyaan psikologi.

“Pemimpin itu, yang dilihat pertama bukan soal wawasan keilmuannya. Tapi soal etika. Soal akhlaknya,” terangnya.

Pihaknya mengkhawatirkan, orang baik, tidak bisa ikut berkontestasi, lantaran terkendala di seleksi akademik. “Kan sayang. Kalau ada orang baik, karena tidak lolos diseleksi akademik, jadi tidak masuk dalam perhelatan pilwu,” tuturnya.

Jadi, kata Diah, Komisi I mendorong agar soal yang dimunculkan nanti, benar-benar dikaji ulang. Tidak hanya mengutamakan soal wawasan saja.

2

Sementara itu, Kabid Administrasi dan Pemerintahan Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Cirebon, Aditya Arif Maulana S STP membenarkan hanya tiga poin yang harus dikuasai ketika ingin lolos dalam seleksi akademik. “Wawasan kebangsaan, kedesaan dan kepemimpinan,” imbuhnya.

Waktu pelaksanaannya sudah ditentukan. Yakni Minggu (17/10). “Tidak memungkinkan untuk mengubah formulasi soal yang akan diujikan,” ujarnya.

Sistem seleksinya nanti, memakai sistem CAT. Berbasis komputer. Yang dikhawatirkan kata Adit-sapaan akrabnya- justru peserta yang gagap teknologi (gaptek).

“Sistim CAT ini menjadi poin objektivitas. Jadi yang gaptek nanti akan diberikan pendampingan. Minimalnya sebelum pelaksanaan. Pada saat teknikal meeting,” katanya.

Aspirasi dari Komisi I pun akan disampaikan ke UMC. Meski ia meyakini pengujian itu, sudah dianggap cukup mewakili. Karena seorang kuwu secara teknis harus memahami wawasan kebangsaan, kedesaan dan leadership.

Sebagai informasi, seleksi akademik dilaksanakan bagi desa yang memiliki kandidat lebih dari 5. Untuk menetapkan kelima kandidat itu, harus ditentukan berdasarkan hasil seleksi akademik. Dipastikan yang lolos, mereka yang memiliki nilai terbesar.

Adapun jumlah pendaftar terbanyak, ada di Desa Gempol. Sebanyak 14 calon. Kemudian, Desa Panguragan Wetan dengan 10 calon. (sam/adv)

Tags :
Kategori :

Terkait