CIREBON - Saat virus Covid-19 hadir di penghujung 2019, dunia dirundung kepanikan. Puncaknya pada tahun 2020, semua negara menerapkan kebijakan lockdown guna mencegah penyebaran virus yang bisa menyebabkan kematian secara cepat.
Efek dari kebijakan lockdown adalah lesunya perekonomian. Perusahaan raksasa hingga mikro tumbang satu persatu, karena tidak bisa produksi dan sehingga gagal membayar karyawan.
Alhasil, banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya.Namun, dari semua sektor yang satu persatu bernasib gulung tikar akibat pandemi Covid-19, hanya beberapa yang bisa bertahan. Salah satunya sektor pertanian.
Sektor pertanian menjadi sektor penyelamat perekonomian nasional karena pertumbuhannya terhadap PDB kuartal II 2020 sangat tinggi, di tengah PDB nasional dan sektor lainya justru turun. Padahal, pada tahun 2020, Covid-19 sedang gencar-gencarnya.
Ketangguhan sektor pertanian ini memantik kesadaran Pemuda Tani HKTI untuk mengajak para generasi muda agar melirik pertanian. “Pertanian adalah sektor yang tangguh dengan segala badai yang melanda,” ujar Ketua Umum DPP Pemuda Tani HKTI Rina Saadah dikutip dari JawaPos.com, Jumat (29/10).
Dia menyebut tidak sedikit generasi muda terdampak karena pandemi. Mereka itu umumnya yang hidup sebagai pekerja. Ketika pandemi, para pekerja terpaksa dirumahkan dan PHK.
Hal itu dipicu perusahaan tidak mampu berproduksi atau menjalankan bisnisnya. Sementara pemuda yang bertani tetap bisa eksis.
Maka, Rina mengajak kaum muda untuk terjun ke dunia pertanian dan bersama-sama mengubah paradigma petani. “Petani selalu diidentikan pekerjaan orang tua dan tak menjamin kesejahteraan, paradigma tersebut harus kita ubah,” katanya.
Menurut dia, di tengah kemajuan teknologi dan inovasi saat ini, pertanian ke depannya adalah sektor pekerjaan yang sangat menjanjikan.
Sudah saatnya para pemuda untuk bertani. Dengan hadirnya generasi muda di sektor pertanian, mereka ikut berkontribusi pada perekonomian negara.
Sementara itu, Ketua Pemuda Tani HKTI DKI Jakarta, Andika Mufti menambahkan, bertani tidak hanya bisa dilakukan di desa. Kawasan perkotaan dapat dioptimalkan untuk bertani. Apalagi kini perkembangan teknologi sudah pesat. Teknologi itu juga menjamah sektor pertanian.
“Kini ada istilah pertanian urban. Yaitu, pertanian vertikal, hidroponik, atau aquaponik. Di negara kecil seperti Singapura, Sky Greens menjadi perusahaan yang berhasil menerapkan pertanian vertikal,” bebernya.
Bahkan, di Chicago, Amerika Serikat teknologi aquaponik dalam ruangan telah berkembang dan produksinya diklaim mencapai 15 kali lebih banyak dibandingkan pertanian tradisional. (jun/jp)
Baca juga: