Debat Kandidat Tegang

Jumat 27-09-2013,10:34 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON – Debat kandidat pasangan cabup cawabup Cirebon di Ballroom Hotel Aston, Kamis (26/9) siang nyaris ricuh. Pemicunya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Cirebon dianggap melakukan intervensi saat debat kandidat berlangsung. Selain itu, KPU cenderung memihak kepada salah satu pasangan. Akibatnya, debat kandidat yang disiarkan live oleh RCTV, semula adem ayem berubah menjadi panas. Pantauan Radar, seluruh tim sukses dan kelima cabup dan cawabup lainnya yang melihat kejadian tersebut spontan memprotes sikap KPU, karena dinilai tidak netral. Teriakan dan saling sindir pendukung pasangan cabup dan cawabup saat debat kandidat berlansung tak bisa dihindari. Beruntung petugas keamanan yang menjaga ketat berlangsungnya debat kandidat dapat menetralisasi pontesi kericuhan. Sebelum terjadi kericuhan, acara debat kandidat berlangsung dengan kondusif. Nomor urut satu H Darusa terlihat grogi saat berada di podium.  Darusa salah menyebutkan cabup dan cawabup periode 2013-2018, tapi periode 2013-2008. Cawabup nomor urut dua H Tasiya Soemadi Al Gotas dan cawabup dengan nomor urut enam H Rakhmat SE juga tampak tegang. Sedangkan untuk cawabup, nomor urut tiga Raja Ratu Arimbi lebih memilih diam saat pembawa acara memberikan kesempatan menyampaikan debat kandidat. Cawabup nomor urut empat H Subhan juga terlihat nervous mendapatkan pertanyaan dari pasangan calon nomor enam, Heviyana-Rakhmat. Cabup H Qomar juga terlihat banyak menggaruk-garuk jidat dan membetulkan kopiah serta memegang leher. Calon nomor satu pasangan Indah (Isyaf– Darusa) mendapatkan pertanyaan yang ditujukkan kepada pasangan nomor urut lima Ason–Elang. Calon nomor urut dua Jago-Jadi (H Sunjaya Purwadi–H Tasiya Soemadi Al Gotas) memberikan pertanyaan ke calon nomor urut tiga H M Luthfi ST–Raja Ratu Arimbi. Sedangkan, calon nomor urut tiga memberi pertanyaan ke pasangan nomor satu. Pasangan nomor urut empat Marhaban (H Qomar–H Subhan) melontarkan pertanyaan ke kandidat calon nomor urut dua, dan nomor lima memberi pertanyaan ke nomor pasangan empat. Namun, saat mamasuki sesion terakhir, debat kandidat calon ke calon berlangsung tegang. Pasalnya kandidat calon nomor urut enam pasangan Hebat (Heviyana–Rakhmat) tidak mendapat giliran pertanyaan. Sebab, undian yang tersisa hanya dua nomor urut, yakni angka enam dan enam. Melihat kondisi tersebut, penyelengara memberikan opsi kepada kelima kandidat calon lainnya untuk bersedia menampung pertanyaan dari pasangan nomor urut enam. Penawaran sempat diberikan ke pasangan Marhaban, tapi menolak. Dalam kesempatan itu, cawabup nomor urut dua H Tasiya Soemadi Al Gotas malah menantang pasangan nomor urut enam sampai lima kali, tapi Heviyana justru menolak. Belum juga menemukan titik temu, dan suasana di ballroom debat kandidat mulai tidak kondusif --KPU yang sudah menyerahkan penuh teknisnya kepada RCTV untuk memberikan opsi-- KPU malah mengambil alih kendali. Ketua KPU Drs Iding Wahidin MPd menyerobot mikrofon yang dipegang oleh presenter (pembawa acara) Janur. Secara spontan juga, ketua KPU langsung melontarkan pertanyaan tentang ekonomi pembangunan. Saat pertanyaan tersebut dikeluarkan, seluruh tim sukses menggeruduk dan mengepung ketua KPU. Mereka menuding KPU dinilai tidak netral.  Tidak hanya itu, kelima kandidat yang berdiri di depan podium pun ikut turun mengepung ketua KPU, kecuali pasangan Hebat tetap berada di atas podium. “KPU tidak netral maksudnya apa ini? Tiba-tiba pertanyaan diberikan ketua KPU. Yang berhak memberikan pertanyaan itu adalah cabup cawabup, dan panelis. KPU tidak boleh intervensi ke wilayah ini, kalau seperti ini kami mengindikasikan KPU cenderung mendukung pasangan Hebat,” jelas salah satu tim sukses di dalam kerumuman. Cekcok dan adu mulut di ruang debat berlangsung lama, yakni sejak pukul 13.00 sampai 13.30. Mereka terus mencecar ketua KPU untuk menjaga indenpendesinya. Melihat suasana yang sudah tidak kondusif, akhirnya lima cabup dan cawabup bermusyawarah dan sepakat memberikan pertanyaan itu kepada pasangan nomor lima Ason Sukasa–Elang Kusnandar.  Ironisnya, saat keributan muncul dari audiens, anggota justru lebih sibuk memilih memotret. Ketua tim pemenangan Jago-Jadi, Emon Purnomo menilai, keberadaan KPU benar-benar tidak netral dalam menyelenggarakan debat. Padahal, di dalam roundown acara tersebut jelas bahwa KPU hanya memberikan sambutan saja. Tapi faktanya, KPU justru intervensi. “Tiba-tiba ketua KPU memberikan pertanyaan kepada pasangan Hebat, ini kan di luar konteks. Yang berhak memberikan pertanyaan itu kan  kandidat dan penelis,” jelasnya. Dia juga menyayangkan, kepada KPU tidak dapat menahan diri. Seharusnya dapat menyelesaikan justru membuat parah acara. “Ini sangat parah sekali, KPU tidak dapat mengendalikan diri, karena mau tidak mau ini juga merupakan tanggung jawab KPU. Jadi melihat kondisi ini, kami dari PDIP benar-benar memberikan cacatan tersendiri untuk KPU. Karena persoalan ini tidak main-main,” tegasnya. Hal senada pun diungkapkan ketua tim pemenangan pasangan Ason-Elang, Ahmad Aidin Tamim. Dia mengatakan, bahwa turun tangannya ketua KPU menengambil alih kendali sangat tidak profesional. Seharusnya, KPU menjadi fasilitator bukan mengeksekusi. Sebab, sekecil apapun masalahnya, akan dipersoalkan. “KPU wasit dalam pertandingan, bukan mengambil kendali. Kalau seperti ini KPU akan menjadi tertuduh oleh pasangan calon kandidat lain. Kami sering mengingkatkan KPU kalau pilkada ini sangat sensitif. Jangan sembrono mengambil langkah. Contoh mudahnya, adalah seperti sortir surat suara di gudang milik timses Hebat,” paparnya. Terpisah, ketua komisioner Divisi Teknis KPU Abdullah Syafi’i SSi ME menuturkan, dengan kejadian seperti ini, pihaknya akan segera melakukan evaluasi. Menurutnya, pemicu kericuhan karena saat sesi calon ke calon menggunakan sample random. “Kalau pakai random itu berarti di setiap kesempatan ada kesempatan untuk bertanya. Ndilalahnya giliran nomor enam belum ditanya dan bertanya. Meski demikian, pada prinsipnya, kami sudah mencari solusi terkait solusi konflik,” kilahnya. Dan solusi terakhirnya, kata Syafi’i, itu kan jelas bahwa nomor enam ditanya oleh nomor lima, dan nomor enam bertanya kepada nomor empat. “Saya kira itu solusi yang sudah dicarikan secara bersama dan diselasaikan secara bersama-sama pula,” ujarnya.   *REAKSI MASYARAKAT   Beragam komentar bermunculan pascadebat tersebut. Beragam respons pun dilayangkan, ada yang mencibir, ada juga yang memberikan apresiasi. Debat yang ditayangkan secara live di RCTV ini, mendapat tanggapan dari salah seorang warga Desa Panembahan, Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, Muhammad Rizki. Menurutnya, debat yang dikemas tidak memberikan solusi yang sangat signifikan, melainkan hanya sebuah pepesan kosong. Dijelaskannya, keenam calon bupati Cirebon yang masing-masing diberi kesempatan untuk memberikan rencana dalam memajukan Kabupaten Cirebon hanyalah sebuah angan-angan, tanpa melihat realitas dan kenyataan yang ada. \"Dalam berbagai segmen yang dilontarkan itu ditonton oleh ribuan masyarakat Cirebon, saya lihat para calon mayoritas bersumpah tidak akan korupsi. Kerap sekali program-program yang akan dijalankan berulang-ulang dan itu-itu saja. Program yang dijalankan tidak merata, saya rasa kebanyakan di antara mereka hanya menjual pepesan kosong. Bisa dipegang tidak ucapan calon yang mengatakan semuanya berawal dari niat, niat tidak akan korupsi? Bisa dipegang enggak ucapan Pak Gotas,\" tegasnya. Dengan adanya ketegangan, kata dia, sangat terlihat sifat dan karakter masing-masing calon. \"Dari debat itu masyarakat bisa membaca, ada calon yang emosinya tidak dapat dikendalikan seperti H Ason Sukasa dan Pak Gotas, ada juga yang masih terlihat sabar dan tidak menunjukan emosi berlebihan seperti Insyaf, Qomar dan Heviyana. Dan banyak juga yang saling menyudutkan kesalahan orang,\" katanya. Meski tegang, lanjut Rizki, suasana sempat cair setelah calon bupati nomor urut lima H Ason Sukasa SmHk, mengeluarkan logat khasnya dengan bahasa Cirebon. “Pada bae wong Cerbone wis aja pada tukaran,” kata Ason berulang-ulang. Ason juga menjadi pusat perhatian dan sempat membuat suasana ger, karena bukannya menjawab malah menyalahkan salah satu panelis saat mendapat pertanyaan tentang jamkesmas di Kabupaten Cirebon. \"Semuanya terlihat tidak dewasa dan mengumbar emosi. Tapi ada satu calon yang terkadang membuat kita kegugu (mengundang gelak tawa, red). Ason memang kelihatan tidak bisa mengkontrol emosi, tapi di akhir dia dapat mencairkan suasana, dengan logat Jawanya itu loh. Ucapannya ada betulnya juga, kita kuh isin pada bae wong Cerbone aja pada tukaran bae,\" ujarnya menirukan ucapan Ason sambil tertawa. Terpisah, pengamat kebijakan publik, Afif Rivai MA mengatakan, debat kandidat tidak memberikan efek yang baik untuk masyarakat. Pasalnya, suasana yang diharapkan dapat memberikan angin segar soal program dan visi-misi untuk disampaikan ke publik justru dijadikan wahana untuk saling menyindir. \"Debat kandidat yang diharapkan sebagai medium untuk menunjukan kapasitas menyelesaikan masalah di Kabupaten Cirebon hanya pamer diplomasi. Tidak ada jawaban yang mengena dan menukik dari masing-masing calon. Intinya tidak ada pasangan calon yang menonjol dan greget untuk mencoba memperbaiki Kabupaten Cirebon ke depan,” katanya. Beruntung, di akhir debat para calon diberi kesempatan untuk berjabat tangan. Pantauan Radar hampir semua calon menunjukkan sikap bijaksana dan bergandengan tangan. (sam/via)

Tags :
Kategori :

Terkait