Kuli Pabrik Kapur Luruk Pendopo

Selasa 08-10-2013,15:28 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

MAJALENGKA – Ratusan buruh pabrik kapur, Kampung Pajaga, Desa Garawangi, Kecamatan Sumberjaya meluruk Pendopo Majalengka, Senin (7/10). Mereka bersama Paguyuban Keluarga Besar Kuli Kapur Majalengka-Cirebon (PKBKKMC) menggelar aksi tersebut terkait rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka akan melakukan penutupan terhadap sejumlah pabrik kapur. Mereka tiba di depan Pendopo Majalengka sekitar pukul 09.30 WIB, membawa sejumlah peralatan yang biasa digunakan saat bekerja di lokasi pabrik. Para kuli langsung menggelar orasi di depan kantor bupati untuk menuntut rencana penutupan pabrik kapur dan akan melakukan perlawanan penolakan rencana penutupan pabrik. Aparat keamanan gabungan TNI dan polisi sudah mengantisipasi aksi tersebut dengan membuat barikade serta kawat berduri di sepanjang pintu gerbang pendopo. Unjuk rasa hampir pecah saat perwakilan dari kuli serta Ketua PKBKKMC Saeful Yunus SE MM, berkesempatan mewakili pengunjuk rasa untuk berdialog dengan bupati Majalengka. Namun perwakilan pengunjuk rasa geram akibat tidak bisa menemui Bupati H Sutrisno SE MSi secara langsung. Beberapa orang bertolak untuk kembali menyerukan aksinya. Saat itu massa mulai marah akibat tidak bisa menemui bupati. Massa kemudian membongkar pertahanan kawat berduri dan membakar ban bekas di depan pendopo. Koordinator aksi Saeful Yunus SE MM menuding jika penutupan pabrik kapur oleh Pemkab Majalengka di wilayahnya akan membawa bencana. Pasalnya, hal tersebut atas pertimbangan bahwa sebelum adanya pemukiman warga, pabrik kapur sudah lama berdiri. Bahkan sudah menjadi penghasilan masyarakat setempat secara turun temurun. Dengan adanya penutupan yang dinilai sepihak oleh Pemkab Majalengka jelas ini sudah terjadi pelanggaran hukum tanpa melalui musyawarah dan pengkajian yang matang antara pemkab dengan masyarakat pekerja kuli kapur yang jumlahnya tidak sedikit. “Kalau upaya penutupan tetap akan dilakukan pemerintah, kami siap melawan. Karena ini masalah perut yang bisa membuat anarkistis. Bupati jelas tidak berpihak kepada rakyat kecil. Apapun risikonya, kami tetap tidak akan berhenti melawan dan berjuang mempertahankan sumber kehidupan nenek moyang ini. Pemkab seharusnya membuka mata dan tidak tuli, karena mau saja dimanfaatkan segelintir orang dengan mengorbankan masyarakat kecil,” tegasnya. Massa akhirnya mulai mereda setelah menerima informasi dari perwakilan pengusaha yang sudah menemui secara langsung dengan bupati Majalengka. Hasilnya, pemkab tidak mengeluarkan surat penutupan sebagaimana beberapa waktu lalu segera menutup lokasi pabrik tersebut. Salah satu perwakilan pengusaha, Dadang menjelaskan, Pemkab Majalengka mengurungkan niatnya untuk menutup lokasi pabrik di jalan utama Cirebon-Bandung tersebut. Pemkab memberikan solusi serta pembahasan lebih lanjut. “Tadi saya sudah menemui bupati. Informasi yang kami dapat akan ada solusi pembuatan tungku modern. Tinggal ke depannya berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait,” jelasnya. Mendapati informasi tersebut, ratusan pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri dengan tertib dan kondusif. Para petugas keamanan tetap memantau dan mengawasi bubarnya massa setelah menggelar aksi. (ono)  

Tags :
Kategori :

Terkait