BANDUNG - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat, Prima Mayaningtyas melaporkan bahwa satu warga Jawa Barat dapat menghasilkan sekira 0,497 kg/orang/ hari sampah.
Jika terakumulasikan, menghasilkan kurang lebih 24.790 ton sampah setiap harinya di Jawa Barat.
Dari jumlah tersebut, 43 persen sampah organik, 15 persen plastik, 11 persen kertas, 2 persen logam, 0.9 persen karet, 2 persen kain, 3 persen kaca, dan 11 persen lain-lain.
Prima menuturkan, pihaknya menargetkan pengurangan 30 persen limbah ini pada 2025. Dalam skala regional, Jawa Barat sendiri saat ini baru mampu menguranginya sebesar 6,52 persen.
Sementara, berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2020, sekitar 50,8 persen rumah tangga di Indonesia tidak memilah sama sekali sampah. Sementara 48,2 persen rumah tangga sudah mulai memilah.
Dari hasil survei, sekitar 79 persen rumah tangga merasa repot untuk memilahnya, 17 persen beranggapan akan tercampur kembali di TPS/ TPA, 3 persen menganggap tidak ada manfaat dan alasan lainnya sebanyak 1 persen.
Terpisah, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat (Sekda Jabar) Setiawan Wangsaatmaja menyatakan, ibu memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi sirkular pengelolaan sampah rumah tangga.
Menurut Setiawan, dalam rumah tangga, ibu dapat mendorong anggota keluarga untuk sama-sama mengurangi atau memilah sampah. Kemudian, menyediakan fasilitas sampah dan mengedukasi anggota keluarga soal pentingnya pengelolaan sampah sejak dari rumah.
\"Peran-peran ibu-ibu sangat tinggi. Bagi yang keseharian di rumah atau pun yang dibantu asisten rumah tangganya, bisa memberikan arahan-arahan kepada yang ada di lingkungan rumah,\" kata Setiawan saat membuka webinar \"Circular Economy Persampahan\" bertema \"Peran Ibu dalam Mengurangi Sampah\" di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (21/12/2021).
Setiawan pun menuturkan bahwa Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah penduduk hampir 50 juta jiwa, berpotensi mengalami permasalahan sampah apabila masyarakat tidak bijak dalam mengelola sampah.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019, Indonesia menghasilkan 64 juta ton timbunan sampah setiap tahun. Dari jumlah tersebut, 60 persen di antaranya merupakan sampah organik dan 14 persen sampah plastik.
\"Kalau kita tumpukan itu jauh lebih tinggi dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Hal ini masalah karena lahan kita untuk menampung sampah, apabila tidak dikelola sebelumnya, itu tidak pernah akan cukup memenuhi harapan kita,\" kata Setiawan. (jun)
Baca juga: